Jakarta (ANTARA) - Venezuela dan Rusia dilaporkan memblokir Signal, sebuah aplikasi yang menjadi pilihan populer untuk pesan terenkripsi dan bagi orang-orang yang berusaha menghindari sensor pemerintah.
Dikutip dari The Verge, Sabtu (10/8) waktu setempat, pemblokiran ini tampaknya merupakan bagian dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di kedua negara tersebut.
Di Venezuela, pemblokiran ini terjadi setelah hasil pemilihan presiden pada bulan lalu yang diperdebatkan, yang telah menyebabkan protes dan penangkapan karena Presiden Nicolás Maduro berusaha mempertahankan kekuasaannya, menurut MSNBC.
Baca juga: Pendiri WhatsApp jadi CEO sementara Signal
Layanan pemantauan internet, NetBlocks, mengatakan pada Kamis (8/8) malam bahwa Signal telah menjadi "tidak dapat diakses di beberapa penyedia internet" di negara tersebut. Maduro juga memerintahkan pemblokiran X, lapor The Associated Press.
Di Rusia, regulator komunikasi negara tersebut, Roskomnadzor, mengatakan bahwa Signal melanggar undang-undang Rusia, lapor Interfax. Orang-orang di Rusia juga tidak dapat mendaftar akun Signal baru tanpa menggunakan VPN, lapor Reuters.
Rusia telah membatasi backend aplikasi perpesanan Signal di sebagian besar penyedia internet pada Jumat (9/8) sore, kata NetBlocks.
Baca juga: Sempat gangguan teknis, Signal kembali pulih
“Kami menyadari laporan bahwa akses ke Signal telah diblokir di beberapa negara,” kata Signal. Jika pengguna terkena dampak dari pemblokiran ini, perusahaan merekomendasikan untuk mengaktifkan fitur circumvention censorship mereka.
NetBlocks melaporkan bahwa fitur ini memungkinkan Signal tetap dapat digunakan di Rusia. Signal tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar.
Baca juga: Aplikasi Signal terus tumbuh di tengah kontroversi WhatsApp
Penerjemah: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024