Sehingga menghasilkan berbagai material bangunan yang lebih ringan, kuat dan lebih indah yang saat ini dibutuhkan oleh gen z dan gen alfa
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan baja lapis PT Tatalogam Lestari (Tatalogam Group) memperkenalkan Nexgen yang merupakan kumpulan produk material bangunan diproduksi dengan teknologi masa mendatang atau next generation Technology.

Vice Presiden PT Tatalogam Lestari, Stephanus Koeswandi menjelaskan produk berbasis logam yang disegmentasikan untuk hunian dan industrial tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan material bangunan bagi gen z dan gen alfa sehingga generasi mereka bisa membawa Indonesia mencapai generasi emasnya.

Dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, ia mengatakan produk-produk Nexgen dihasilkan dari teknologi-teknologi baru yang dikumpulkan dari Jepang, Italia, Australia dan Selandia Baru untuk diaplikasikan pada logam produksi perusahaan tersebut seperti Nexalume dan Nexium.

"Sehingga menghasilkan berbagai material bangunan yang lebih ringan, kuat dan lebih indah yang saat ini dibutuhkan oleh gen z dan gen alfa," ujarnya di ajang pameran Building Material, Architecture & Interior terbesar di Indonesia, Indo Build Tech Expo part 2 di Tangerang, Banten.

Produk-produk Nexgen seperti Domus Fastrac, Purlin, Sakura Roku, Ondulit, Toho, S Gutter dan Speed Panel yang sudah tahan api, dihasilkan dengan teknologi ini.

Baca juga: Mendag lepas ekspor delapan kontainer baja lapis ke tiga negara

Stephanus menerangkan teknologi-teknologi yang mereka kumpulkan untuk memproduksi produk-produk Nexgen, di bawa ke Indonesia melalui mekanisme joint venture atau mekanisme-mekanisme lain.

Dengan demikian, nantinya diharapkan dapat mendorong adanya investasi baru di tanah air yang pada akhirnya berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia dan meningkatnya perekonomian nasional.

"Selain itu, dengan teknologi ini, proses pembangunan di Indonesia juga diharapkan dapat lebih ramah lingkungan," katanya.

Pasalnya dengan teknologi ini, limbah yang dihasilkan di lokasi konstruksi jadi lebih sedikit karena material yang digunakan sebagian besar sudah difabrikasi sehingga hanya perlu pemasangan saja di dilokasi.

Pada kesempatan tersebut, pihaknya juga mengadakan penandatanganan kerja sama dengan perusahaan Jepang sebagai upaya transfer teknologi guna mendukung kemajuan building material di Indonesia.

"Jadi kita memang tidak bisa hanya bekerja sendiri, kita butuh juga berkolaborasi dengan pihak-pihak yang memang bisa mendukung kemajuan konstruksi kita. Harapannya, nantinya akan muncul investasi baru yang dapat berdampak pada perekonomian nasional,” katanya.

Baca juga: Pakar IPB University apresiasi penghargaan pada industri baja nasional

Baca juga: Estimasi kebutuhan baja 331 ribu ton dalam pembangunan IKN 2023-2024

Pewarta: Subagyo
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024