Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KemenkoPMK) bersama Save the Children Indonesia berkolaborasi dalam mengkampanyekan Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi.
 
“Kemenko PMK sebagai Kementerian Koordinator akan berkomitmen untuk memastikan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian berbagai kebijakan maupun program kementerian dan lembaga non-kementerian dalam koordinasi KemenkoPMK untuk mendukung Aksi Generasi Iklim yang menyertakan anak tidak hanya sebagai objek, melainkan subjek dan agent of change dari aksi tersebut,” kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti S dalam kegiatan Sehari Bermain Bersama Anak di Jakarta pada Sabtu.
 
Ia menambahkan kompleksitas isu perubahan iklim yang berdampak kepada anak juga harus mendorong peran serta seluruh pihak dan menguatkan komitmen bersama, bahkan anak dan orang muda untuk melakukan berbagai aksi nyata
   
Sementara itu, laporan global Save the Children ”Born into the Climate Crisis” pada September 2021 menjelaskan krisis iklim secara global membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak saat ini.
 
Anak-anak yang lahir tahun 2020 akan menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan serta 3 kali lebih banyak gagal panen.
 
Oleh karena itu, pencanangan rangkaian kampanye nasional Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi bertujuan memperkuat partisipasi anak dan peran serta multi-pihak untuk terlibat pada gerakan membangun resiliensi untuk dan bersama anak dalam merespons dampak krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak.
 
Rangkaian atau Reli Nasional akan berlangsung di Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, Bali, dan DI Yogyakarta. Seluruh rangkaian kegiatan akan melibatkan kelompok anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Save the Children Indonesia di 8 Provinsi.
 
“Keterlibatan anak-anak dan orang muda dalam mengatasi krisis iklim sangat dibutuhkan. Banyak dari mereka belum menyadari dampak krisis iklim pada kehidupan mereka sekarang dan di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting menempatkan anak-anak dan orang muda sebagai aktor utama, sehingga mereka dapat menginspirasi dan mempengaruhi sesama generasinya untuk mitigasi krisis iklim dan adaptasi dengan lingkungan baru,” Jelas Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Chilren Indonesia
 
Sebagai informasi, “Sehari Bermain Bersama Anak” dihadiri kurang lebih 500 peserta yang terdiri dari anak-anak, perwakilan kementerian lembaga, para mitra pembangunan terkait, dan media. Beragam informasi, edukasi mengenai dampak krisis iklim pada anak dan aksi adaptasi iklim ditampilkan dengan cara yang mendidik dan menyenangkan (edutainment) dan mudah dipahami melalui seni budaya, permainan dan pertunjukan yang bertema resiliensi terhadap krisis iklim.
 
 
Baca juga: Wilayah pesisir Sumatera jadi fokus program pengentasan kemiskinan
 
Baca juga: Kemenko PMK: Anak-anak terdampak signifikan karena perubahan iklim
 

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024