Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Jember Fashion Carnaval (JFC) yang menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember dan masuk dalam Top 10 kegiatan unggulan Kharisma Event Nusantara (KEN) 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,  sukses dilaksanakan pada 2-4 Agustus 2024.

Dampak positif pascakegiatan karnaval kelas dunia itu masih dirasakan oleh masyarakat Jember seperti mendongkrak sektor ekonomi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kepedulian sosial, keragaman budaya dan kepedulian terhadap lingkungan.

JFC ke-22 bertema "Algorithm" dengan tagline "Beyond Binary of Our Story". Dalam kegiatan ini penyelenggara berusaha mengajak masyarakat untuk menjelajahi perjalanan kegiatan spektakuler besutan almarhum Dynand Fariz sejak karnaval busana itu dimulai pada tahun 2003.

Ada sebanyak 10 defile dengan sub tema yang ditentukan dalam peragaan karnaval busana para peserta yang berlenggak-lenggok di catwalk jalanan sepanjang 2,2 kilometer hingga 3,6 kilometer yang diikuti oleh anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Agenda karnaval kelas dunia itu selalu ditunggu oleh wisatawan domestik, fotografer profesional hingga wisatawan mancanegara karena selalu ada kejutan dalam setiap perhelatan tiap tahunnya.

Presiden JFC, Budi Setiawan, mengatakan setiap tahun JFC selalu menampilkan sesuatu yang berbeda, sehingga agenda tahunan yang digelar di Kabupaten Jember tidak monoton dari tahun ke tahun.

Tema "Algorithm" memiliki makna bahwa alam bekerja seperti algoritma yang menghubungkan berbagai elemen seperti karakter manusia, lokasi tertentu, peristiwa penting, dan isu global, sehingga semua itu bersatu sebagai suatu keajaiban, merangkai satu cerita dengan menampilkan 10 kostum defile yang unik dan spektakuler.

Defile yang ditampilkan tersebut berkaitan dengan elemen algoritma dalam JFC tahun ini yakni defile Wayang, Chess, Versailles, Media, Betta Fish, Climate Change, Zodiac, Fairy, Jember, dan Rio Carnaval.

Defile Wayang menggambarkan tentang kebaikan, kejahatan dan kebijaksanaan, sehingga bercerita menangkap esensi perjuangan abadi antara terang dan gelap.

Kemudian defile Chess, ibarat bidak catur yang bergerak di papan catur maka dibutuhkan kebijaksanaan dan pengorbanan untuk memenangkan permainan yang tiada akhir. Defile Versailles menggambarkan keindahan, ambisi dan kekuatan yang mewakili pencarian tujuan dan pencerahan yang tiada akhir.

Selanjutnya, defile Media yang memiliki makna kekuatan dinamis yang memiliki kekuatan untuk membentuk dunia karena media menciptakan dampak yang lebih signifikan terhadap masyarakat dibandingkan sebelumnya.

Begitu juga defile Betta Fish, dengan tank cermin mereka, mungkin merenungkan atau mungkin melihat saingan mereka hanya sebagai bentuk cantik lainnya.

Defile Climate menggambarkan sebuah permasalahan global yang mendesak dan mengancam eksistensi kehidupan. Kemanusiaan harus berdiri demi generasi masa depan yang diekspresikan melalui karya busana spektakuler.

Defile Zodiac menggambarkan balet kosmis, bintang membisikkan rahasia, membimbing jiwa dalam perjalanan penemuan jati diri dan hubungan kosmis.

Yang menjadi istimewa dalam JFC ke-22 yakni tampilnya Defile Jember yang merupakan kota karnaval, merayakan keberagaman dan merangkul keindahan hingga mencerminkan spektrum pengalaman manusia yang dinamis.

Tidak ketinggalan, defile Fairy yakni peri merupakan perwujudan keajaiban, mengajarkan kita bahwa keindahan tersembunyi di antara benang realitas dan mimpi, serta defile terakhir Rio yang menggambarkan mekarnya bunga di Rio yang memesona seakan merayakan kemeriahan alam, mencerminkan semangat kegembiraan dan kreativitas kota itu sendiri.

Tidak hanya itu, Yayasan Sakuranesia Society juga membawa sebanyak 136 orang Jepang untuk memeriahkan JFC di antaranya penyanyi Aoi dan Pablo Braque tampil saat World Kids Carnaval, kemudian Namua berpartisipasi dalam Wonderful Artchipelago Carnaval Indonesia (WACI).

Penari profesional asal negeri Sakura yakni Kadokawa Dreams tampil bersama penyanyi Indonesia Raisa Andriana di Grand JFC, bahkan pesta kembang api tradisional Jepang dipersembahkan oleh Wakino Art Factory, Nolits, dan Yanagiman, semuanya memberikan sentuhan spektakuler pada pertunjukan JFC.

Ketua Sakuranesia Society Sakura, Ijuin, sangat mengapresiasi kegiatan JFC yang digelar di Kabupaten Jember. Bahkan, pihaknya sangat senang dan bangga bisa berpartisipasi dalam even tersebut.

Pada pergelaran JFC tahun depan, pihaknya menargetkan sebanyak 500 orang bisa hadir di Kabupaten Jember dan berpartisipasi dalam rangkaian even karnaval kelas dunia itu.


Kostum dari bahan daur ulang

Presiden JFC yang akrab disapa Iwan mengatakan bahwa ada misi penting yang mulai dicanangkan pada tahun 2024 sebagai keseriusan pihak manajemen dalam memitigasi perubahan iklim, pemanasan global dan kepedulian lingkungan menuju zero waste yakni setiap peserta wajib membuat kostum defile dengan bahan daur ulang minimal 30 persen.

Para peserta dengan kreativitasnya masing-masing diarahkan untuk membuat kostum atau busana sesuai tema defile yang spektakuler. Namun, dalam pembuatan busana itu harus menggunakan bahan daur ulang, sehingga tidak lagi hanya sekedar imbauan seperti pelaksanaan JFC tahun-tahun sebelumnya.

Pihak manajemen berusaha mengambil peran dalam menekan dampak perubahan iklim dengan memanfaatkan sampah plastik atau lainnya dengan menggunakan bahan daur ulang untuk disulap menjadi busana yang bernilai ekonomis, cantik, dan menawan.

Selain itu, konsep menggunakan bahan daur ulang juga mencoba mengembalikan semangat yang telah dilakukan oleh almarhum Dynand Fariz yang menjadi inisiator dan pendiri JFC terkait nilai pesan dalam karnaval kelas dunia itu, salah satunya adalah bagaimana caranya memanfaatkan sampah sebagai bahan-bahan recycle untuk busana.

Komitmen untuk peduli terhadap isu global terutama perubahan iklim menjadi perhatian yang serius bagi pihak manajemen JFC, sehingga penggunaan bahan daur ulang untuk menjadi busana unik nan spektakuler komposisinya terus ditingkatkan setiap tahun.

"Tahun ini peserta wajib menggunakan bahan daur ulang sebanyak 30 persen dari total seluruh pembuatan kostum. Nah, tahun depan komposisi penggunaan bahan daur ulang akan ditingkatkan lagi," katanya.

JFC menjadi salah satu karnaval paling bergengsi di Indonesia dan secara konsisten menarik perhatian baik di tingkat nasional maupun internasional, sehingga wisatawan mancanegara pun berdatangan di Kota Tembakau itu.

Hal tersebut tentu dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak manajemen JFC untuk menarik perhatian dunia dalam menggugah kepedulian terhadap perubahan iklim melalui pagelaran karnaval busana yang unik dan spektuler dengan memanfaatkan daur ulang sampah dalam pembuatan kostum di masing-masing defile.

Begitu juga disampaikan oleh Bupati Jember Hendy Siswanto yang mengapresiasi konsep pihak manajemen JFC yang mensyaratkan peserta wajib menggunakan bahan daur ulang dalam pembuatan busana di seluruh defile yang ditampilkan dalam rangkaian JFC selama tiga hari.

Pesan yang disampaikan itu mengandung makna bahwa masyarakat diajak untuk meminimalisir adanya sampah dengan melakukan daur ulang agar bernilai ekonomis, serta ramah lingkungan.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember mencatat volume sampah yang dihasilkan masyarakat setempat mencapai 1.250 ton setiap harinya dan dari jumlah tersebut tidak sampai 50 persen yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) Pakusari, sehingga sisanya sebagian diolah oleh bank sampah dan lainnya.

Persoalan sampah menjadi persoalan bersama, sehingga tidak hanya pemerintah saja yang memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah, namun pihak-pihak lembaga swasta, komunitas,dan masyarakat perlu peduli terhadap perubahan iklim untuk melakukan hal kecil yang dapat melindungi bumi tempat kita berpijak.

Tidak berhenti sampai di sana, Jember Fashion Carnaval juga memunculkan komunitas peduli sampah dari para pelajar dan warga yang secara sukarela bergerak memungut dan membersihkan sampah yang berserakan di sepanjang jalan rute yang dilalui peserta JFC usai acara.

Memang perlu menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya mendaur ulang sampah di lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Nah, semangat JFC patut ditiru dengan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan mulai dari sekarang agar bumi tetap terjaga dengan lestari.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024