peserta diharapkan bisa mendemonstrasikan teknik pembuatan asap cair, briket arang, dan cocopeat
Manokwari (ANTARA) - Sebanyak 40 orang dari empat kelompok perhutanan sosial (KPS) di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, mengikuti pelatihan pembuatan cuka kayu atau asap cair, briket arang, dan cocopeat.

Kegiatan tersebut diiniasi oleh Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Maluku Papua, Dinas Kehutanan Papua Barat dan KPHL Unit XII Manokwari.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat Jimmy Susanto di Manokwari, Jumat, mengatakan bahwa empat KPS yang mengikuti pelatihan adalah KPS Bremi, KPS Yoom I, KPS Saubeba, dan KPS Mubradiba.

"Peserta dari setiap KPS ada sepuluh orang, jadi totalnya 40 orang. Pelatihan dipusatkan di Kantor Distrik Manokwari Utara dari tanggal 5 sampai 8 Agustus 2024," kata Jimmy.

Ia menjelaskan bahwa kemandirian masyarakat pengelola hutan sosial dan hutan adat dapat dicapai melalui pengembangan usaha berupa kayu, hasil hutan kayu, dan jasa lingkungan hutan.

Baca juga: Mahasiswa Unila kenalkan briket Brilliam kepada masyarakat Lampung
Baca juga: Unja latih warga Batanghari olah limbah kelapa sawit jadi briket


Menurut dia, ketersediaan bahan-bahan biomassa atau berlignoselulosa seperti kayu, cangkang kelapa/sawit, bambu, serasah, dan lainnya memiliki nilai ekonomi tinggi setelah dilakukan pengolahan lanjutan.

"Asap cair dan briket arang adalah contoh dari pengolahan lanjutan bahan-bahan alam," ucap dia.

Ia menerangkan, asap cair merupakan cairan berwarna coklat atau hitam dihasilkan melalui kondensasi asap pembakaran (pirolisis) arang cangkang kelapa, kayu atau bahan yang mengandung lignoselulosa.

Senyawa aktif asap cair didominan fenol dan asam asetat yang memiliki berbagai macam manfaat, seperti sebagai biopestisida, desinfektan, pengawet makanan, pengental getah karet dan lainnya.

"Selain asap cair, dalam proses pirolisis bahan-bahan berlignoselulosa juga menghasilkan arang yang bisa diolah menjadi briket arang," ujar Jimmy.

Baca juga: Biak kembangkan produksi briket arang sebagai EBT untuk masak
Baca juga: PLN UIW Sumut bantu pengembangan Rumah Briket Medan


Ia mengatakan permintaan briket arang untuk kebutuhan pembuatan shisha maupun barbecue di luar negeri terus mengalami peningkatan, dan Indonesia menjadi salah satu negara eksportir.

Peluang tersebut harus dimanfaatkan melalui peningkatan kapasitas KPS agar mampu memproduksi asap cair, briket arang, dan cocopeat yang berkualitas guna menjawab permintaan ekspor.

"Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan bisa mendemonstrasikan teknik pembuatan asap cair, briket arang, dan cocopeat," ucap Jimmy.

Kepala Bidang Pembinaan Hutan dan Perhutanan Sosial Dinas Kehutanan Papua Barat Yunus Krey menjelaskan, pelatihan keterampilan pembuatan asap cair, briket arang, dan cocopeat merupakan tindakan lanjut pemanfaatan perhutanan sosial.

Peserta pelatihan merupakan KPS yang sudah mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap sejak Juni 2024.

"Fokus program perhutanan sosial adalah pemberdayaan masyarakat pengelola hutan. Total KPS tersebar di tujuh kabupaten se-Papua Barat ada 64 KPS, dan Manokwari ada 13 KPS," ucap Yunus.

Baca juga: Bea Cukai Dukung Inisiatif Multimoda untuk Ekspor Briket Pertama dari Semarang
Baca juga: Kemendag lepas ekspor briket arang kelapa UMKM ke Jepang
Baca juga: Eksportir briket arang temui KSP, keluhkan hambatan logistik

 

Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024