Beijing (ANTARA) - Chen Yuxuan, seorang lulusan sekolah menengah atas dari Provinsi Zhejiang, China timur, baru-baru ini menjadi terkenal karena memilih untuk berkuliah di universitas kejuruan alih-alih di universitas umum, meskipun memperoleh nilai 602, atau 110 poin di atas ambang batas masuk universitas di provinsi itu.

Keputusan Chen yang tidak lazim untuk memilih pendidikan kejuruan, yang telah lama mendapat stereotipe atau bahkan mendapat stigma di China, memicu perdebatan luas di media sosial China. Beberapa orang mempertanyakan apakah ini sama saja dengan menyia-nyiakan nilai ujian masuk universitasnya yang tinggi.

Namun, Chen memiliki alasan yang kuat untuk menetapkan pilihan tersebut. Seiring upaya China untuk memfasilitasi pengembangan pendidikan kejuruannya dalam beberapa tahun terakhir, universitas kejuruan pun muncul sebagai pilihan yang semakin populer bagi para mahasiswa dengan memberikan pelatihan praktis yang berorientasi pada karier yang menghadirkan peluang kerja yang lebih luas.

Pada 2019, Kementerian Pendidikan China mengumumkan batch pertama dari 15 universitas kejuruan, yang semuanya merupakan peningkatan dari sekolah kejuruan. Saat ini, China memiliki lebih dari 50 universitas kejuruan yang memenuhi kualifikasi untuk memberikan ijazah sarjana yang setara dengan gelar yang dikeluarkan oleh universitas umum.

Pada 2023, universitas kejuruan di China menerima 89.900 mahasiswa, meningkat 17,82 persen dari tahun sebelumnya, mencakup sekitar 1,6 persen dari total pendaftaran siswa di lembaga pendidikan kejuruan tinggi di seluruh negeri pada tahun tersebut.

Menurut Zheng Bing, presiden eksekutif Universitas Kejuruan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Hainan, universitas tersebut melaporkan peningkatan jumlah pendaftaran sejak program sarjananya mulai merekrut mahasiswa pada 2019, dengan nilai masuk yang relatif tinggi untuk pendidikan kejuruan.

Chen, yang masuk ke Universitas Politeknik Teknik Mesin dan Elektro Zhejiang, mengatakan bahwa pilihannya didasarkan pada pertimbangan karier masa depannya. Program teknologi peralatan dan pengendalian transportasi kereta api yang dipilihnya memiliki tingkat keterserapan lulusan lebih dari 98 persen dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa alumni yang mendapatkan posisi di berbagai perusahaan terkemuka seperti CRRC Corporation Limited.

"Saya mempertimbangkan universitas lain, tetapi akhirnya tertarik pada Universitas Politeknik Teknik Mesin dan Elektro Zhejiang karena prospek kerjanya yang kuat," ungkap Chen.

Di pasar tenaga kerja yang sulit saat ini, universitas kejuruan sangat menarik karena tingkat keterserapan lulusannya yang tinggi, didorong oleh mata kuliah yang berorientasi pada karier serta jurusan yang memenuhi tuntutan sosial dan industri.

Zhang Youneng, seorang dosen di Sekolah Teknologi Mesin dan Elektro Universitas Politeknik Industri Guangdong, menuturkan bahwa lebih dari 50 persen mata kuliahnya bersifat praktis, berfokus pada pemecahan masalah, mendorong kolaborasi dan inovasi.

Mao Liangyu, seorang mahasiswa jurusan teknologi dan aplikasi mahadata di Universitas Kejuruan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Hainan, mengatakan bahwa pelatihan praktis dan magang memiliki bobot penilaian yang lebih besar dibandingkan dengan studi teoretis dalam programnya. Dia mengungkapkan bahwa 90 persen lebih dari 57 mahasiswa di kelasnya telah mendapatkan pekerjaan.

Didirikan pada Juni tahun ini, Universitas Urusan Sipil China, yang berafiliasi dengan Kementerian Urusan Sipil China, merupakan universitas pertama di China yang menawarkan program sarjana di sektor urusan sipil. Universitas ini akan menerima mahasiswa di lima jurusan termasuk layanan pernikahan, perawatan kaum lanjut usia, dan manajemen pemakaman, yang bertujuan untuk memenuhi permintaan akan layanan sosial yang berkembang pesat.

Universitas Politeknik Industri Guangdong mulai menerima mahasiswa program sarjana untuk jurusan manajemen logistik modern yang baru saja dibuka. Han Baoguo, staf pengajar di Sekolah Keuangan dan Perdagangan di universitas tersebut, mengatakan bahwa jurusan baru ini dirancang untuk melatih tenaga perencana proyek logistik dan analis data yang sangat penting untuk transformasi digital industri logistik di Kawasan Teluk Besar Guangdong-Hong Kong-Makau.

Menurut seperangkat pedoman untuk mempromosikan pengembangan pendidikan kejuruan modern berkualitas tinggi yang dirilis pada 2021, China berharap dapat mencatat pendaftaran universitas kejuruan mencakup tidak kurang dari 10 persen dari total pendaftaran pendidikan kejuruan tinggi pada 2025.

Para ahli menekankan perlunya meningkatkan standar pengajaran, desain program, dan magang untuk memastikan perkembangan universitas kejuruan yang stabil di China. Namun, beberapa pihak memperingatkan bahwa lembaga pendidikan kejuruan dapat berisiko kehilangan fokus praktis mereka jika mereka mulai meniru universitas umum.

Menurut Zheng Bing, universitas kejuruan perlu mengembangkan dan menyempurnakan mekanisme yang menghubungkan antara pekerjaan, pelatihan, dan pendaftaran, serta mengembangkan rencana pelatihan talenta kolaboratif dengan pihak perusahaan guna memastikan hasil berupa lapangan kerja yang berkualitas tinggi bagi para lulusannya. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024