Jakarta (ANTARA News) - Ulama Turki di pengasingan, Fethullah Gulen, berjanji tidak akan tinggal diam melihat skandal korupsi yang terjadi di negerinya dan menyesalkan sikap Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang dia nilai tidak serius dalam menangani sejumlah tuduhan suap yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi pemerintah.

"Pemerintah tidak serius menangani korupsi dan malah justru menuduh sekelompok orang telah dengan sengaja menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan pemerintah," katanya dalam wawancara yang disiarkan Todays Zaman dan diterima Antara pada Rabu.

Sebelumnya pada pertengahan tahun lalu, badan intelijen Turki melaporkan bahwa seseorang yang diduga merupakan mata-mata Iran telah berhasil mendekati sejumlah menteri dan keluarganya untuk memberikan suap serta mempermudah sejumlah urusan bisnis.

Pemerintah Turki menuduh Gulen dan pendukungnya berada di balik tersebarnya sejumlah skandal korupsi besar di media sosial yang melibatkan sejumlah pejabat negara termasuk Erdogan dan keluarganya. Dalam rekaman yang tersebar di internet, orang yang diduga merupakan Erdogan terdengar sedang mendiskusikan bagaimana menyembunyikan uang dalam jumlah yang sangat besar.

Erdogan membantah dugaan bahwa orang dalam rekaman tersebut adalah dirinya. Dia menyebut rekaman itu sebagai fitnah yang "keji" dan tidak bermoral" yang disebarkan oleh lawan-lawan politiknya menjelang pemilihan umum lokal penting pada 30 Maret mendatang.

Lawan politik yang dimaksud oleh Erdogan tersebut adalah Gulen dan pendukungnya yang tergabung dalam gerakan Hizmet.

Menanggapi tuduhan itu, Gulen menilai terdapat kecenderungan dari pemerintah Turki untuk menyalahkan "segala hal yang tidak dapat dijelaskan" kepada dirinya dan gerakan Hizmet--jaringan gerakan amal dan pendidikan yang sudah mempunyai cabang di beberapa negara.

"Kami tidak akan mengeluh dan akan tetap bersabar...(karena) pihak yang zalim akan jatuh tepat ketika mereka sama sekali tidak menyangkanya," kata Gulen.

Gulen menegaskan bahwa perjuangannya melawan korupsi yang terjadi di Turki tidak bertujuan politis untuk mencari kekuasaan.

"Kami bukan dan tidak akan menjadi partai politik, oleh karena itu kami tidak mempunyai lawan politik. Kami hanya secara terbuka turut menyuarakan kekhawatiran dan harapan akan masa depan negara ini," kata dia.



Penerjemah: GM Nur Lintang Muhammad

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014