Jakarta (ANTARA) -
Anggota Komisi IX DPR RI Linda Megawati meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan pihak sekolah bekerja sama mengawasi jajanan-jajanan anak di sekolah.
 
"Saya mohon pihak sekolah bekerja sama dengan BPOM setempat untuk mengecek ulang makanan yang tersedia di sekolahan dari jajanan yang beredar di sekolah tersebut," kata Linda dalam Editorial Parlemen bertajuk "Pentingnya Pengawasan Jajanan di Sekolah", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Jumat.
 
Menurut dia, hal tersebut bernilai penting untuk dilakukan agar jajanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah terjamin kesehatannya.
 
"Anak-anak dari kecil, makanan kalau tidak sehat nanti bagaimana ini akan mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut?" kata dia.

Baca juga: KPAI rekomendasikan BPOM tingkatkan pengawasan jajanan kantin sekolah

Baca juga: Hari Bekal Nasional ; orang tua batasi jajanan anak
 
Linda lalu menyarankan pengawasan dari pihak sekolah dan BPOM itu dilakukan sepekan sekali.
 
"Pihak sekolah mendatakan BPOM minimal sepekan sekali mengecek, inspeksi sepekan sekali atau kalau misalkan ada pedagang yang berjualan makanan yang tidak bisa diserap oleh tubuh atau kadarnya yang berlebihan, ya, minimal dikasih informasi," kata dia.
 
Hal tersebut disampaikan Linda untuk menanggapi persoalan keberadaan jajanan di sekolah yang mengandung gula, garam, dan lemak (GGL) di atas batas normal. Lalu, ada pula isu yang sempat viral di media sosial, yakni mengenai banyaknya anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
 
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengonfirmasi bahwa kasus diabetes anak meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yudhi Pramono telah menyampaikan bahwa upaya memastikan produk pangan dengan kandungan GGL yang aman bagi masyarakat memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak terkait, termasuk BPOM.
 
Yudhi pun telah menyampaikan kondisi konsumsi pangan mengandung gula, garam, dan lemak di Indonesia. Ia mengatakan data dari GlobalData Q2 2021 Consumer Survey pada Juni 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi minuman manis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik.
 
"Hal ini menjadi salah satu perhatian yang sangat penting untuk diintervensi dalam pengendalian konsumsi gula di Indonesia," ucapnya.
 
MBDK berisiko meningkatkan kejadian obesitas, diabetes, hipertensi, dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
 
Kemenkes pun terus mengedukasi masyarakat melalui pesan sehat yakni pengonsumsian gula yang lebih dari 50 gram, natrium lebih dari 200 mg, dan lemak yang lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko memunculkan penyakit hipertensi, diabetes, dan serangan jantung.*

Baca juga: Pakar Gizi: pedagang jajanan sekolah perlu dibina

Baca juga: Polisi: jajanan berisi "finger coat" bukan kondom

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024