Istanbul (ANTARA) - Pakistan mengutarakan keinginan untuk memperdalam kerja sama dengan Bangladesh setelah peraih Nobel, Muhammad Yunus dilantik untuk memimpin pemerintahan transisi beranggotakan 17 orang di Dhaka.

“Saya berharap dapat bekerja sama dengannya untuk memperdalam kerja sama antara Pakistan dan Bangladesh di hari-hari mendatang,” kata Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dalam sebuah pernyataan, Jumat.

Sharif berharap Yunus bisa sukses besar dalam membimbing Bangladesh menuju masa depan yang harmonis dan sejahtera.

Pengangkatan Yunus dilakukan setelah terjadi protes selama berminggu-minggu yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Liga Awami pimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Presiden Mohammed Shahabuddin melantik Yunus, 84 tahun, dan timnya di kantor kepresidenan di ibu kota Dhaka. Jabatan kepala pemerintahan transisi secara resmi disebut penasihat utama dengan sebagian besar anggota pemerintahan transisi merupakan ilmuwan dan insinyur.

Bangladesh menyaksikan protes mahasiswa berskala besar yang menentang kuota pekerjaan pegawai negeri yang kontroversial. Protes yang berlangsung sejak Juli tersebut menewaskan lebih dari 400 orang.

Pada Senin (5/8), Kepala Angkatan Darat Jenderal Waker-uz-Zaman mengumumkan pembentukan pemerintahan transisi setelah Hasina melarikan diri ke negara tetangga India.

Kemudian pada Selasa (6/8), Shahabuddin membubarkan parlemen yang dipilih pada bulan Januari ketika Hasina menjadi perdana menteri untuk keempat kalinya.

Sementara itu, oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh menuntut pemilihan nasional dalam waktu tiga bulan untuk menyerahkan kekuasaan kepada perwakilan rakyat.

Sumber : Anadolu

Baca juga: M. Yunus dilantik sebagai kepala pemerintahan transisi Bangladesh
Baca juga: Militer dukung sepenuhnya M Yunus sebagai PM ad interim Bangladesh
Baca juga: Kemlu RI rencanakan repatriasi jenazah WNI dari Bangladesh pekan depan


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024