Gorontalo (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Gorontalo menyebutkan empat korban banjir di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo meninggal dunia terindikasi leptospirosis atau penyakit bakteri yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi.

"Setelah kita kirim hasil pemeriksaan laboratorium, memang satu orang itu positif leptospirosis dan tiga lainnya gejalanya menunjukkan leptospirosis," ucap Kepala Dinkes Provinsi Gorontalo Anang Otoluwa, di Gorontalo, Jumat.

Baca juga: Warga korban banjir diimbau waspadai leptospirosis

Menurut Anang, empat korban tersebut diduga terkena penyakit leptospirosis saat berada dalam air banjir yang tercampur dengan kencing tikus. Satu korban positif berdasarkan hasil laboratorium dan tiga lainnya sampel darah tidak dapat diambil dengan baik atau rusak, sehingga tidak terperiksa namun gejalanya sama.

"Bisa karena kencing tikus, tetapi bisa juga dari binatang lain," ujar Anang.

Baca juga: Kemenkes: Nelayan salah satu kelompok berisiko leptospirosis

Ia menjelaskan, sekitar lima hari setelah banjir pada bulan Juli 2024 yang lalu, pihaknya bersama balai laboratorium dari Manado memeriksa tikus yang berada di sekitar lokasi banjir yaitu di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

"Jadi, tikus ini sekitar 16 ekor. Waktu itu diambil ginjalnya untuk memastikan apakah leptospirosis itu ada di ginjal tikus," kata dia.

Ada hal yang menarik, kata Anang, ternyata ada satu jenis yang diperiksa di Surabaya bakteri itu bukan dari tikus tetapi anjing.

Baca juga: Dinas : Leptospirosis rawan serang petani

"Nah jadi ini yang harus kita waspadai, selain tikus juga ternyata anjing, kalau misalnya liur anjing tercampur dengan air lalu itu kena di luka, maka itu akan langsung masuk ke darah," ujar Anang.

Pewarta: Adiwinata Solihin
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024