Sudan (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Sudan menyerukan penghentian segera pasokan senjata ke Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sebagai tanggapan atas meningkatnya seruan internasional untuk intervensi kemanusiaan guna mengatasi kelaparan dan perang antara tentara Sudan dan RSF.

Seruan Kementerian Luar Negeri Sudan yang dikutip Jumat, menyusul pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UAE) yang menekankan perlunya tanggapan kemanusiaan yang mendesak terhadap krisis di Sudan.

UAE mengutuk penggunaan kelaparan sebagai senjata perang dan menyerukan gencatan senjata untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat.

Kementerian Luar Negeri Sudan mengecam seruan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Sudan dengan dalih pengiriman bantuan kemanusiaan.

Baca juga: Pemimpin pemberontak Sudan akan hadir bahas gencatan senjata di Swiss

Kementerian itu menekankan bahwa penghentian pasokan senjata ke RSF yang telah digunakan untuk membunuh warga sipil dan menghambat produksi pangan serta pengiriman bantuan, sangat penting untuk mencapai perdamaian dan meringankan krisis kemanusiaan.

Pada bulan April, Sudan mengajukan pengaduan resmi terhadap UAE ke Dewan Keamanan PBB dan menuduhnya melakukan agresi terhadap kedaulatan Sudan.

UAE membantah tuduhan tersebut dan menegaskan komitmennya untuk mendukung penyelesaian konflik secara damai.

Adapun pada Desember lalu, Sudan mengusir 15 diplomat Emirat setelah pemanggilan duta besar sementara UAE.

Sementara itu, PBB mencatat bahwa sejak konflik dimulai pada April 2023, perang antara tentara Sudan dan RSF telah menewaskan sekitar 18.800 orang dan membuat hampir 10 juta orang mengungsi.

Sumber : Anadolu-OANA

Baca juga: Bahan pokok langka dan harga naik perburuk kehidupan masyarakat Sudan
Baca juga: PBB: Hampir 26 juta orang di Sudan alami kelaparan akut

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024