Kepatuhan dan keteraturan minum obat juga sangat mempengaruhi ada tidaknya komorbiditasJakarta (ANTARA News) - Penyakit epilepsi ternyata membawa penyakit penyerta atau komorbiditas pada penderitanya, dan itu merupakan salah satu masalah dalam penyembuhan penyakit epilepsi.
"Komorbiditas epilepsi khususnya pada anak dapat disebabkan oleh penyebab epilepsi itu sendiri, misalnya kerusakan atau gangguan perkembangan otak atau karena pengobatannya," ujar Neurolog Dr.dr. R.A. Setyo Handryastuti, Sp.A, dalam diskusi "Pahami Penyakit Penyerta (Komorbiditas) pada Epilepsi Anak" di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, komorbiditas pada epilepsi di antaranya, disabilitas intelektual, perkembangan terlambat, gangguan perilaku seperti hiperaktif, ketidakstabilan emosi, gangguan fungsi hati dan ketidakseimbangan elektrolit.
Menurutnya, timbulnya komorbiditas pada epilepsi tergantung sejumlah hal seperti usia penderita, frekuensi kejang dan lama menyandang epilepsi, jenis terapi (politerapi dan obat tertentu yang mempengaruhi komordibitas) dan klasifikasi epilepsi.
Dokter Setyo menekankan, hal yang perlu dipahami keluarga penderita epilepsi mengenai komorbiditas ialah tidak semuanya disebabkan oleh efek samping terapi. Sebagian besar komorbiditas disebabkan oleh jaringan otak yang menyebabkan epilepsi itu sendiri.
Komorbiditas masalah kecerdasan misalnya, dapat disebabkan karena seringnya anak tidak masuk sekolah. Perilaku orang tua yang over-protektif, permisif juga menyebabkan masalah perilaku anak.
"Kepatuhan dan keteraturan minum obat juga sangat mempengaruhi ada tidaknya komorbiditas," katanya.
Dalam penanganan komorbiditas, menurutnya, dokter perlu bekerjasama dengan psikiater dan profesi lain seperti psikolog, guru dan terapis, sehingga penanangannya dapat lebih komprehensif. Ia menambahkan, faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, hanya saja tidak semua jenis epilepsi menunjukkan faktor genetik sebagai penyebab.
Namun, adanya gangguan perkembangan otak, pernah mengalami pendarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput dan sebagainya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel saraf di otak yang berujung kejang pada epilepsi.
"Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat menjadi fokus timbulnya kejang pada epilepsi," katanya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014