Di tengah situasi global yang tidak menentu, ASEAN menjadi kawasan yang relatif paling stabil ...
Jakarta (ANTARA) - Menapaki usianya ke-57, Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memiliki peran yang semakin penting di tengah dinamika global.

Peran penting tersebut dibuktikan dari berbagai upaya yang dilakukan negara-negara ASEAN untuk bersama-sama menjaga perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan di tengah ketidakpastian global.

Di tengah situasi global yang tidak menentu, ASEAN disebut menjadi kawasan yang relatif paling stabil, terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil sebesar 4,5 persen, lebih tinggi dari rata-rata global.

Sementara itu, seiring dengan tumbuhnya kawasan ASEAN menjadi pusat global untuk inovasi teknologi dan perdagangan, ASEAN juga diperkirakan akan membukukan pertumbuhan PDB yang lebih signifikan, menurut estimasi IMF.

Namun demikian, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pidato pada perayaan 57 Tahun ASEAN di Jakarta, Kamis (8/8),  menggarisbawahi bahwa situasi geopolitik yang semakin kompleks menunjukkan adanya gejala masalah lebih serius, seperti defisit kepercayaan antarnegara, paradigma zero-sum, dan erosi multilateralisme, serta kurangnya penghormatan terhadap hukum internasional.

Untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, tiga tujuan penting perlu terus dikejar dan diupayakan.

Pertama adalah tujuan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang sesuai dengan tujuan pendiriannya, yang memastikan bahwa masyarakat ASEAN tetap menjadi fokus dari tujuan pembangunan di kawasan.

Untuk mewujudkan hal itu, ASEAN dinilai perlu menegaskan komitmennya untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia.

Mekanisme penanganan isu HAM di ASEAN diharuskan untuk mampu mengimbangi tantangan HAM yang terus berkembang, terutama dalam menanggapi peningkatan jumlah perdagangan manusia di kawasan, dan terhadap kekerasan HAM berat yang terjadi di Gaza, Palestina.

Tujuan penting berikutnya adalah untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang adaptif sehingga mampu menjawab tantangan-tantangan yang ada.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Visi Komunitas ASEAN 2045 harus dilengkapi dengan rencana strategis yang berorientasi pada aksi.

Mekanisme regional juga harus diperkuat, khususnya untuk pembangunan arsitektur kesehatan, ketahanan pangan dan energi, serta stabilitas keuangan, dan transformasi digital.

"Hanya dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan kawasan kita menjadi pusat pertumbuhan," kata Retno.

Sementara itu, tujuan penting lainnya adalah mewujudkan ASEAN menjadi kawasan yang hebat, dengan inklusivitas dan budaya kolaborasi sebagai kunci upaya yang diharapkan dapat mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan.

Oleh karena itu, ASEAN perlu terus mengarusutamakan paradigma kolaborasi dan inklusivitas secara lebih luas hingga di luar ASEAN, utamanya melalui implementasi "ASEAN Outlook on the Indo Pacific" (AOIP).


ASEAN yang terhubung dan tangguh

Senada dengan Retno yang menggarisbawahi pentingnya paradigma kolaborasi, Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn juga menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama di antara negara-negara anggota ASEAN guna meningkatkan konektivitas dan ketahanan di kawasan tersebut.

Semua itu demi mewujudkan ASEAN yang semakin terhubung dan tangguh, sesuai dengan tema perayaan 57 Tahun ASEAN tahun ini.

Menggarisbawahi komitmen ASEAN untuk memacu integrasi, kerja sama, dan interkonektivitas regional, Kao Kim Hourn menekankan tiga poin penting yang menjadi fokusnya saat ini.

Pertama adalah bahwa ASEAN harus terus menegakkan prinsip regionalisme yang terbuka, memastikan netralitas dan kesatuan ASEAN, serta mempertahankan keterbukaan pasar terhadap perdagangan dan investasi.

Keterlibatan negara-negara ASEAN di tingkat global menurutnya sangat penting untuk mewujudkan perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan.

Selain itu, ASEAN juga perlu mempertahankan tatanan kawasan yang terbuka, inklusif, dan berdasarkan aturan guna meningkatkan kemajuan di tengah lanskap internasional yang dinamis.

Berikutnya, poin penting kedua yang dia fokuskan adalah bahwa ASEAN juga harus membuka semua potensi yang mendorong pertumbuhan baru guna mendiversifikasi ekonomi dan meningkatkan ketahanan.

Untuk itu, negara-negara ASEAN perlu memanfaatkan ekonomi digital, dinamika populasi muda yang paham teknologi, dan adopsi teknologi inovatif harus terus ditingkatkan.

Berbagai inisiatif digitalisasi yang efektif sangat penting untuk diterapkan dan dijalankan, termasuk kerangka ekonomi digital ASEAN, yang negosiasinya ditargetkan selesai pada  tahun depan.

Kao Kim Hourn berharap perjanjian inovatif tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemungkinan terwujudnya ekonomi digital, menjembatani kesenjangan digital regional, meningkatkan produktivitas dan daya saing, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat di seluruh kawasan ASEAN.

Sementara itu, poin ketiga yang menurutnya menjadi poin paling penting adalah memastikan implementasi pilar rakyat ASEAN dengan menempatkan rakyat sebagai motivasi utama di balik integrasi regional.

"Ini untuk memastikan bahwa hal tersebut memberikan manfaat nyata bagi rakyat dan masyarakat kita," katanya.

Perayaan 57 tahun ASEAN yang diselenggarakan di Sekretariat ASEAN, Jakarta, itu mengangkat tema "ASEAN sebagai Sebuah Komunitas yang Semakin Terhubung dan Tangguh".

Selain Menlu Retno, acara itu juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang sekaligus Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono, serta para duta besar dari berbagai negara.

Selain merayakan 57 tahun ASEAN, acara tersebut juga memberikan apresiasi kepada Menlu Retno atas satu dekade dedikasinya untuk Indonesia sebagai menteri luar negeri, dan dukungannya untuk ASEAN, terutama untuk Sekretariat ASEAN.

Dalam acara perayaan itu, Indonesia juga mempersembahkan batik kolaborasi dari Indonesia untuk ASEAN dengan motif batik yang terinspirasi dari keanekaragaman bunga yang tumbuh di negara-negara ASEAN.

Persembahan batik kolaborasi tersebut juga mengandung harapan, kebijaksanaan, dan solidaritas, serta sinergi antarnegara di Asia Tenggara.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024