Kami bekerja sama dengan Pemkab Cilacap memberikan pelatihan pengelolaan tambak. Sedangkan Buntikku diberikan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM

Jakarta (ANTARA) - PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap memberdayakan warga Kutawaru, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang kebanyakan mantan pekerja migran dan anak buah kapal (ABK) melalui Program Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku).

Area Manager Communication, Relations, and CSR PT KPI Unit Cilacap, Cecep Supriyatna dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan, pihaknya memberdayakan warga Kotawaru karena wilayah tersebut merupakan area Ring 1 perusahaan.

Penduduknya banyak yang menganggur, terutama perempuan eks pekerja migran dan ABK, yang tidak mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam mengelola potensi Kutawaru yang berlimpah seperti ikan dan kondisi alam yang asri.

Kilang Cilacap tergerak untuk membenahi kondisi tersebut dengan menawarkan Program Mamaku. Mantan ABK ini kemudian membentuk Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan), sedangkan eks pekerja migran yang bertekad tidak berangkat lagi ke luar negeri membuat kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku). Kata malutik berasal dari bahasa setempat, yang artinya bersatu.

"Kami bekerja sama dengan Pemkab Cilacap memberikan pelatihan pengelolaan tambak. Sedangkan Buntikku diberikan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM,” lanjut Cecep.

Pokdakan dan Buntikku membentuk kawasan wisata terpadu bernama Kampoeng Kepiting serta pengelolaan sampah oleh Bank Sampah Abhipraya. Kawasan Kampoeng Kepiting dikembangkan dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 6,6 kilowatt peak (kWp) untuk menyuplai kebutuhan listrik di area wisata dengan energi baru terbarukan.

Cecep menyampaikan Kilang Cilacap turut berperan merintis Kampoeng Kepiting dan melakukan pembenahan dengan penambahan berbagai fasilitas, baik di area Kampoeng Kepiting maupun area dermaga Kutawaru, sebagai gerbang utama ke tempat wisata kuliner tersebut.

Fasilitas yang dibangun di antaranya sebuah tambatan di area Dermaga Kutawaru. Tambatan yang dibangun menjorong ke perairan dengan dominasi warna merah tersebut kini menjadi spot swafoto berlatar pemandangan area Kilang Cilacap.

"Inilah keunikan tambatan spot selfie di Dermaga Kutawaru karena berlatar belakang view kilang Pertamina. Saran kami kalau mau mendapatkan pemandangan terbaik, mulai waktu senja hingga malam hari karena bertebaran cahaya lampu di area kilang," ungkap Cecep.

Berdasarkan pengukuran dalam Kompas Keberlanjutan, ungkap Cecep, dampak Program Mamaku terhadap berbagai aspek cukup baik.

Pada aspek alam memberikan dampak antara lain mengurangi pencemaran lingkungan sebesar 195 ton/tahun atau 80,93 persen, mengurangi emisi pemanasan dari pengelolaan sampah anorganik sebesar 161,8526 ton/CO2/tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 8,580 kg CO2 setara/tahun dari penggunaan PLTS.

Pada aspek ekonomi program ini memberikan dampak antara lain omzet mencapai Rp44 juta/bulan dari kegiatan Kampoeng Kepiting, meningkatkan pendapatan Pokdakan dan Buntiku sekitar Rp4,35 juta/bulan, peningkatan pendapatan dari kegiatan pengelolaan sampah plastik Bank Sampah Abhipraya menjadi Rp3,8 juta /bulan dari pengelolaan sampah organik Rp3 juta per bulan.

Ketua Kelompok Buntikku, Sumiyati mengatakan program tersebut bermanfaat untuk memberdayakan para mantan pekerja migran atau TKW (tenaga kerja wanita) untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi TKW lagi.

Kilang Cilacap mereplikasi Program Mamaku di lokasi lain, terutama yang terkait pemanfaatan PLTS untuk peningkatan ekonomi. Realisasinya telah dilaksanakan di Program Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (Mapan), di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Cilacap. PLTS dimanfaatkan untuk mendukung pengairan untuk sawah tadah hujan.

Baca juga: Kilang Pertamina majukan pertanian berbasis EBT di Cilacap
Baca juga: Pertamina kebut proyek Green Refinery Cilacap dukung target bauran EBT
Baca juga: Pertamina kembangkan pembangkit hibrida di Dusun Bondan Cilacap

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024