Biak (ANTARA) - Suasana riang gembira terlihat pada anak-anak di Kelurahan Samofa, Biak Numfor, Papua. Salah satu dari anak-anak itu adalah Christian, balita yang juga mendapat pembagian makanan tambahan sehat. Mereka adalah anak-anak di pendidikan anak usia dini (PAUD) yang menikmati layanan makanan sehat dari pemerintah daerah setempat untuk mencegah stunting.

Dengan mengenakan pakaian balutan baju kaos putih, kombinasi celana hitam, Christian duduk di bawah tenda sambil menyantap makanan tambahan bergizi, berupa telur, bubur kacang hijau, dan sup sayuran, yang disediakan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor dalam mengatasi masalah stunting pada anak. Selain makanan tambahan, anak-anak itu juga menerima vitamin untuk menjaga dan menjamin kesehatan mereka.

Pemberian makanan tambahan itu merupakan salah satu dari sejumlah program pemerintah daerah untuk mengatasi masalah stunting, selain program-program lainnya yang menunjukkan hadirnya negara untuk menjawab kebutuhan warga.

Biak Numfor yang merupakan salah satu kabupaten di Tanah Papua ini tergolong berhasil menangani stunting pada anak melalui kolaborasi berbagai pihak, baik di instansi pemerintah daerah, antara lain dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas perikanan, dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, termasuk dari TNI dan Polri, maupun dari elemen masyarakat di daerah itu.

Data di Pemerintah Kabupaten Biak Numfor menunjukkan bahwa prevalensi stunting, sesuai survei status gizi Indonesia pada 2021 sebesar 34 persen atau 723 anak, kemudian pada 2022 turun menjadi 27,30 persen atau 650 anak, serta di 2023 hingga awal 2024 turun lagi menjadi 6,1 persen atau 485 anak.

Kalau melihat laju penurunan dari tahun ke tahun, sesuai data, maka sangat beralasan jika pemerintah daerah di kabupaten yang wilayahnya berada di kawasan Kepulauan Pasifik itu menargetkan angka stunting nol kasus pada 2025.


Bapak asuh

Berbagai kebijakan daerah yang dilakukan Pemkab Biak Numfor, di antaranya membentuk satuan tugas penurunan stunting anak lewat Peraturan Bupati Biak Tahun 2023, dimana semua pemangku kepentingan di daerah itu harus bersatu dan berkolaborasi untuk menurunkan angka terganggunya tumbuh kembang anak.

Dari peraturan itu kemudian muncul program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), yang keanggotaannya, mulai dari kepala kampung, kepala distrik, pimpinan organisasi perangkat daerah, komandan satuan TNI/Polri, pemimpin BUMN atau BUMD, organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan, politisi, tokoh agama, hingga komunitas masyarakat yang peduli terhadap anak.

Sementara untuk pejabat dan tokoh lokal diberi amanah untuk menangani pemenuhan gizi anak-anak di lingkungan tinggal dan tugas mereka. Jika di satu desa ada kasus stunting, maka bapak asuh itu langsung memantau perkembangan anak stunting tersebut, bekerja sama dengan petugas posyandu.

Dalam tugas mulia pemantauan terhadap perkembangan anak asuhnya itu, si bapak asuh juga mengeluarkan dana untuk pemenuhan gizi si anak sampai bisa keluar dari status sebagai anak yang berstatus stunting. Setiap hari bapak itu diamahani untuk memenuhi makanan tambahan pada  anak asuhnya yang mengalami stunting, termasuk vitamin.

Saat ini Kabupaten Biak Numfor sudah memiliki 20 bapak asuh, dengan jumlah anak asuh berstatus stunting sebanyak 485 orang, tersebar di setiap distrik di wilayah itu. Jumlah 485 anak itu merupakan total anak dengan status stunting yang ada di Biak Numfor.

Dengan adanya 20 bapak asuh, maka setiap bapak asuh bertanggung jawab untuk menangani 24 atau 25 orang, hingga anak-anak itu dinyatakan sehat dan tidak lagi menyandang status stunting.

Sementara itu, di luar penanganan langsung pada anak yang sudah terdeksi stunting, bapak asuh juga mengasuh anak-anak lain yang tidak mengalami stunting, hingga dipastikan anak-anak itu tumbuh kembangnya normal dan sehat. Biasanya pemberian makanan tambahan itu dilakukan paling sedikit satu bulan sekali, melalui kegiatan posyandu di masing-masing kampung.

Pada kegiatan posyandu itu, setiap anak juga dipantau perkembangan kesehatannya dan laporannya disampaikan kepada para bapak asuh, selain tentunya ke instansi yang menangani masalah kesehatan anak dan masyarakat di pemerintah daerah.

Untuk memudahkan bantuan kepedulian dari para bapak asuh itu, di sejumlah kampung juga telah dibangun dapur sehat dengan menyediakan pangan lokal, seperti ikan, keladi, telur, dan sayuran yang dimasak oleh ibu-ibu setempat untuk dijadikan asupan makanan bergizi dengan penyajian yang menarik, sehingga memancing anak untuk menyantap makanan.

Mencegah stunting sejak dini di Kabupaten Biak Numfor, bukan hanya dilakukan pada anak-anak, melainkan juga dilaksanakan pada fase sebelum anak lahir, yakni mencegah pernikahan anak di bawah umur yang melibatkan Generasi Muda Berencana (GenRe), hingga memberikan pendampingan pranikah yang bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) di bawah Kemenag, dinas kesehatan, dan lembaga keagamaan.

Dengan pelibatan banyak pihak itu, maka bagi pasangan calon suami istri yang akan membina rumah tangga telah dididik untuk mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan bagaimana kelak mereka akan mengasuh anak.

Pembinaan lewat GenRe di bawah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ini sejalan dengan program Dinas Kesehatan Biak Numfor yang melakukan intervensi 11 program pencegahan stunting anak. Program ini dijalankan dengan dua fase pertumbuhan, yakni saat ibu hamil atau sebelum melahirkan serta fase sesudah melahirkan yang utamanya pada bayi usia 0-24 bulan.

Untuk intervensi pada kelompok pertama, yaitu fase sebelum bayi lahir, difokuskan pada remaja putri di satuan pendidikan SMP hingga SMA, dengan memberikan tablet tambah darah (TTD).

Sementara pada kelompok kedua, yaitu ibu hamil, dinas kesehatan mengintervensi juga dengan memberikan tablet tambah darah dan memastikan pemberian asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang anak dengan pelayanan antenatal care (ANC). Para ibu hamil diwajibkan memeriksakan kondisi kehamilan di puskesmas setempat.

Lewat kolaborasi dan kepedulian semua pihak, Pemkab Bak Numfor telah membuktikan bahwa stunting bisa diatasi hingga tuntas. Program yang sukses di Biak Numfor ini sangat mungkin untuk menjadi model dan diduplikasi di daerah lain karena pencegahan stunting itu merupakan bagian dari upaya menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045, sehingga Indonesia menjadi negara yang masyarakatnya sehat, makmur, dan sejahtera.
 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024