Jakarta (ANTARA) - Praktisi keuangan Sonny Afriansyah menilai penting bagi generasi Z dan milenial di Jakarta sadar berinvestasi terutama di sektor-sektor yang aman sebagai bekal di hari tua.

Jakarta yang ke depan menjadi kota bisnis setelah tidak lagi menyandang Ibu Kota Negara (IKN) akan membuat sektor keuangan berkembang pesat termasuk pasar modal dan pasar uang sehingga bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi.

"Justru di saat mulai bekerja pada usia 22 tahun saat yang tepat untuk menyisihkan penghasilan untuk berinvestasi sebagai bekal nanti di hari tua," kata Sonny kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, inklusi keuangan yang terus digulirkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan sektor swasta telah meningkatkan kesadaran generasi muda untuk berinvestasi di sektor yang aman dan mudah.

"Salah satu investasi yang mudah dan aman di pasar modal melalui reksadana mengingat saat ini sudah banyak aplikasi yang dijamin OJK untuk memudahkan membeli dan menjual reksadana," kata Sonny yang juga Direktur Ayovest.

Baca juga: Ekonomi Jakarta diperkirakan tumbuh hingga 5,60 persen pada 2024

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selama periode 2019-2023 tingkat pertumbuhan rata-rata geometrik investor per tahun reksadana sebesar 59 persen, lebih tinggi dibandingkan pasar modal, saham dan SBN yang masin-masing tumbuh 48 persen, 47 persen dan 33 persen.

Jumlah investor juga demikian. Per Juni 2024 investor reksadana sebanyak 12,3 juta lebih banyak dibanding saham dan SBN masing-masing sebanyak 5,7 juta dan 1,1 juta.

Sedangkan dari segi demografinya, data KSEI menunjukkan milenial dan Gen Z mulai mendominasi investasi di pasar modal di Indonesia.

Reksadana mulai populer di kalangan generasi muda. Selain praktis karena dengan modal Rp10 ribu sudah bisa berinvestasi, kemudian untuk mencairkan kembali juga cukup mudah.

Menurut dia, ada beberapa tip untuk berinvestasi pada produk reksadana. Yakni bisa memanfaatkan layanan kalkulator investasi 
(simulasi) yang biasanya sudah tersedia sehingga investor bisa menghitung berapa imbal hasil yang dapat diperoleh.

Baca juga: Jakarta masih sangat prospektif jadi tujuan investasi

Kemudian penting juga untuk mengenal risiko dari produk reksadana apakah ingin berinvestasi pada produk yang konservatif, moderat atau agresif. Masing-masing memberikan imbal hasil yang tentunya berbeda tetapi juga memiliki risiko yang beragam.

Produk reksadana yang sifatnya agresif tentu memberikan imbal hasil yang lebih tinggi tetapi juga mengandung risiko sehingga di sini penting bagi pembeli untuk melakukan monitor secara berkala produknya.

Sonny mengingatkan daripada penghasilan dari bekerja dipakai untuk ke kafe atau restoran sebaiknya menyisihkan sebagian untuk berinvestasi. "Tentunya di tempat-tempat yang aman dan terdaftar di OJK," katanya.

Hasil dari investasi ini nantinya dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan karena untuk mencairkannya juga sangat mudah, bisa dimana saja dan kapan saja.

Instrumen reksadana juga dinilai lebih menarik karena untuk mencairkan tidak perlu dikenakan potongan. "Apa yang tertera di dalam imbal hasil akan langsung di dapat konsumen," kata Sonny.
Baca juga: Pegadaian Galeri 24 pasarkan emas ukuran mini tarik minat milenial

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024