Jakarta (ANTARA) - Konsumsi kafein dalam jumlah sedang (kurang dari 200 miligram per hari) masih aman untuk ibu hamil, menurut dokter spesialis kandungan dan ginekologi MultiCare Rockwood Group, Dr Lacey Marks MD dalam laporan The Spokesman-Review yang dilansir di Jakarta, Kamis.
Kendati demikian, ibu hamil sebaiknya membatasi asupan kafein agar tidak lebih tinggi dari 200 mg karena dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan risiko keguguran janin.
Saat ini, pedoman mengenai dampak kafein jika dikonsumsi ibu hamil masih belum jelas. Sebaliknya, sulit untuk menafsirkan rekomendasi "resmi", sebagian karena banyak sumber medis memiliki pesan yang berbeda.
Tapi menurut Marks, sedikitnya ada tiga kekhawatiran utama mengenai konsumsi kafein yaitu meningkatnya risiko keguguran, meningkatnya kemungkinan kelahiran prematur, dan dampak pada ukuran dan pertumbuhan bayi.
Potensi mengenai tiga dampak itu dimungkinkan karena kemampuan bawaan kafein untuk menembus pembuluh darah. Jika berada dalam sistem tubuh ibu hamil, maka kafein dikhawatirkan dapat melewati plasenta setiap saat.
Marks mengatakan tekanan darah juga biasanya meningkat akibat kafein, yang selanjutnya dapat berdampak pada janin.
Salah satu masalah dalam mendapatkan rekomendasi yang seragam mengenai kafein adalah sulitnya melakukan penelitian langsung kepada wanita hamil.
Studi tipikal semacam ini bisa diatur dengan ketat, misalnya, dengan satu kelompok ibu hamil menerima dosis kafein tertentu setiap hari, sementara kelompok lain akan dikontrol, atau tidak mengonsumsi kafein sama sekali.
Artinya, pedoman kafein saat ini terutama didasarkan pada pendapat ahli atau studi retrospektif ini, yang juga keliru karena sulitnya melacak asupan kafein seseorang secara tepat.
Perlu diingat pula kafein tidak hanya terkandung dalam kopi, melainkan juga pada teh (termasuk teh hijau), minuman berenergi, minuman ringan, dan bahkan cokelat (dalam berbagai bentuknya).
Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024