Ini akan membantu kita untuk melihat seberapa baik buruknya kondisi habitat di dalam laut
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Victor Gustaaf Manoppo menargetkan infrastruktur ocean big data bisa selesai dan diimplementasikan tahun ini.
Dalam diskusi setelah Peluncuran Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) 2025-2045 di Jakarta, Kamis, Victor mengatakan bahwa ocean big data merupakan infrastruktur penting untuk mengawasi kualitas keanekaragaman hayati pesisir dan laut.
Ocean big data merupakan kumpulan data masif yang berasal dari berbagai sumber terkait lautan. Data ini dikumpulkan menggunakan berbagai teknologi seperti satelit, drone laut, drone udara, sensor, satelit komunikasi, dan satelit nano.
Data yang terkumpul kemudian diolah untuk menghasilkan informasi yang penting bagi pengelolaan laut.
Victor mengatakan sistem ini juga berguna untuk pengelolaan dan pemantauan ekosistem pesisir dan laut, pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, penentuan kesesuaian lahan untuk budi daya dan daerah penangkapan ikan, serta perluasan kawasan untuk konservasi.
Selain ocean big data, KKP juga mengembangkan sistem neraca sumber daya laut atau ocean accounting yang mencakup data spasial dan nonspasial yang terintegrasi.
“Ini akan membantu kita untuk melihat seberapa baik buruknya kondisi habitat di dalam laut,” ujar Victor.
Neraca sumber daya laut Indonesia telah resmi diluncurkan di Sanur, Bali, pada awal Juli lalu.
Neraca sumber daya laut itu menampilkan kumpulan data sumber daya kelautan dan pesisir Indonesia yang berasal dari hasil riset dan survei.
Sistem tersebut dapat membantu mengidentifikasi area laut dengan potensi ekonomi tinggi untuk dikembangkan secara berkelanjutan, dan memantau perubahan kondisi sumber daya laut dari waktu ke waktu dan mengidentifikasi tren yang mengkhawatirkan.
Terdapat 10 lokasi proyek percontohan pengembangan neraca sumber daya laut di Indonesia meliputi kawasan konservasi Gili Matra, Banda, Padaido, Raja Ampat, Waigeo Barat, Anambas, Pieh, Aru, Sawu, serta Pulau Kapoposang.
Baca juga: Badan Informasi Geospasial tekankan pentingnya akses data kelautan
Baca juga: KKP siapkan "ocean big data" dukung ekonomi maritim berkelanjutan
Baca juga: Trenggono: 20 nano satelit meluncur 2024 petakan aktivitas di laut
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024