Kecuali untuk yang baru beli di toko saya, biasanya saya minta uang muka 70 persenJakarta (ANTARA News)- Pasar Senen Jakarta Pusat menjadi menjadi salah satu tempat para caleg membeli atribut untuk berkampanye, di antara atribut yang laris dipesan adalah kaus.
Salah satu pedagang, Ati, menuturkan harga untuk satu kaus di toko miliknya, toko PD Asri Senen Blok 1 No. 147 lantai 2 Pasar Senen, berkisar antara Rp30.000 hingga Rp40.000.
"Untuk bahan PE harganya Rp30.000 sedangkan bahan lakos yang kualitasnya lebih bagus harganya Rp40.000 per kausnya," jelas Ati saat ditemui di tokonya Selasa. Ia mengaku hanya menerima pesanan sekitar 100-200 kaus.
Harga yang lebih bervariasi ditemukan di toko Eka Mulya Blok 1 milik Ajo Syafri. Kaus sudah bisa dibeli dengan harga antara Rp8.500 hingga Rp60.000. Pemesanan di toko Eka Mulya minimal 1.000 kaus untuk sekali pemesanan.
Selain kaus, pada pemilu kali ini banyak caleg yang memesan jaket. Untuk Jaket, Ati menjual satuannya seharga Rp100.000, dan tidak ada batas minimum untuk pemesanan jaket ini.
Sama halnya dengan Ati, Ujang yang memiliki toko Bintang Sheraton juga tidak membatasi pemesanan jaket. Jaket di tempatnya ditawarkan dengan harga Rp125.000.
Untuk pembayaran, ketiga pengusaha atribut kampanye itu sepakat bahwa pembeli harus membayar 50 persen dari harga yang dipesan.
"Kecuali untuk yang baru beli di toko saya, biasanya saya minta uang muka 70 persen. Tapi kebanyakan yang baru itu langsung dilunasin," jelas Ati.
Ujang mengatakan selain kaus dan jaket, banyak pula yang memesan kemeja di tokonya.
"Harga kemejanya dari Rp55.000 sampai Rp85.000. Pesan satu juga bisa untuk kemeja," jelas Ujang yang sudah berjualan atribut kampanye sejak pemilu 2009 lalu. Sedangkan kemeja di Toko Eka Mulya berkisar antara Rp95.000 hingga Rp120.000.
Selain barang-barang tersebut, Pasar Senen juga menawarkan atribut kampanye seperti payung yang dijual sekitar Rp50.0000 untuk satu payung, jam dengan harga sekitar Rp30.000, dan topi yang berkisar antara Rp15.000 hingga Rp30.000.
Pewarta: Novina Bestari
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014