Jenewa (ANTARA) - Prancis mendesak Iran pada Rabu untuk melakukan segala yang mungkin guna menghindari eskalasi militer baru di kawasan Timur Tengah.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keprihatinan mendalam mengenai meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut dalam sebuah panggilan telepon kepada Presiden Iran Masoud Pezeshkian, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Prancis.

Macron meminta Pezeshkian "untuk melakukan segala yang mungkin guna menghindari eskalasi militer baru, yang tidak akan menguntungkan siapa pun, termasuk Iran, dan yang akan merusak stabilitas kawasan secara permanen."

"Logika pembalasan harus ditinggalkan, dan populasi sipil harus dilindungi," kata Macron.

Presiden Prancis itu mengatakan bahwa ia menyampaikan pesan yang sama kepada semua pihak di kawasan yang dia hubungi, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kepada Netanyahu, Macron meminta agar pemimpin Israel itu menghindari "siklus pembalasan" dalam konflik Timur Tengah, demikian menurut Sputnik.

Dia menegaskan posisi Prancis yang mendukung gencatan senjata segera di Gaza dan menolak keras setiap eskalasi dengan Lebanon, demikian menurut pernyataan tersebut.

Israel berada dalam kesiapsiagaan militer tinggi untuk kemungkinan serangan Iran menyusul pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Tehran pekan lalu.

Sementara Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan pembunuhan Haniyeh, Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah tanggung jawab tersebut.

Kelompok Lebanon Hizbullah juga mengancam akan membalas Israel setelah pembunuhan komandan seniornya Fuad Shukr dalam serangan udara di pinggiran Beirut pada 30 Juli.

Eskalasi ini terjadi di tengah serangan menghancurkan Israel di Jalur Gaza sejak aksi perlawanan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera digelar.

Hampir 40.000 warga Palestina tewas sejak serbuan Israel di Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.000 terluka, menurut otoritas kesehatan lokal.

Lebih dari 10 bulan serbuan Israel di Gaza, area kota itu hancur berantakan akibat blokade yang melumpuhkan akan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina telah mencari perlindungan dari perang sebelum kota itu diserbu pada 6 Mei.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Prancis minta warga negaranya tinggalkan Iran "secepat mungkin"
Baca juga: Prancis 'khawatir' dengan uji coba rudal balistik terbaru Iran
Baca juga: Prancis nyatakan kecewa atas ketiadaan kemajuan perjanjian nuklir Iran

Penerjemah: Primayanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024