Batam (ANTARA News) - Sedikitnya 50 aktivis dari 16 negara, termasuk seorang dari Singapura, diperlakukan buruk pemerintah setempat berkaitan dengan agenda pertemuan dan protes antara kelompok masyarakat sipil (ornop) sedunia terhadap Dana Moneter Internasional (IMF) serta Bank Dunia (WB), 19-20 September 2006. Mereka diperlakukan buruk dengan diinterogasi (berjumlah sembilan orang), dideportasi (17 orang), dan yang dilarang (24 orang), demikian pernyataan "International Peoples Forum (IPF) Vs IMF and WB" di Batam, Minggu. Red Constantino dari Greenpeace menyatakan, kejadian tersebut menunjukkan Pemerintah Singapura otoriter. Selain itu, ia menuding pemerintah Singapura selaku tuan rumah pertemuan IMF-WB-Ornop, tidak transparan sebab semula menyebut melarang masuk 28 aktivis ornop, tetapi pada menjelang pertengahan pekan ini, menyebut 27 dan dari jumlah itu hanya lima yang benar-benar dilarang masuk. Aktivis IPF di Batam masih mengumpulkan data dan nama dari semua yang mengalami masalah dengan kepolisian dan keimigrasian Singapura yang terjadi terutama sejak 13 September ketika rangkaian sidang tahunan IMF dan WB dimulai di negara tersebut. Data yang ada di IPF sementara ini menunjukkan, ke-50 orang itu berasal dari Thailand (1 orang), 2 dari Korea, 2 Kenya, 1 Australia, 1 Brasilia, 1 Amerika Serikat, 2 Srilanka, 13 Filipina, 12 Indonesia, 1 Inggris, 1 Singaura, 7 India, 3 Italia, 1 Bangladesh, 1 Jepang dan 1 asal Vietnam. Di antara mereka yang diinterogasi tetapi kemudian dibebaskan meliputi 1 orang Thailand, 1 Kenya, 1 AS, 2 India dan masing-masing seorang dari Bangladesh, Jepang serta Vietnam. Terdapat 17 orang yang dideportasi (diusir) yaitu 2 orang Korea, 1 Kenya, 1 Brasilia, 2 Srilanka, 7 Filipina,, 3 India, dan seorang Italia. Sedang yang telah dilarang masuk ke Singapura mencakup 1 orang Australia, 5 Filipina, 12 Indonesia, 1 Inggris, 1 Singapura, 2 India, serta 1 orang Italia. Data lain menyebutkan, mereka yang telah dideportasi dalam kurun 13-15 September, tercatat atas nama Chona Ramos (GCAP Asia), Booby Diciembre (Jubilee South, Filipina), Wilfred da Cost *(Inmsaf, India), Luca Manes (wartwan Italia), Kiama Karra (Kenya Debt Reklief Network), Maria Clara Siares (ActionAid, Brasilia). Sedang mereka yang ditahan tetapi dibebaskan meliputi Ahmed Swapan (VOICE, Bangladesh, ketika hendak ke Batam), Hoang Tao (ActionAid), Rose Wanjiru Ana (Social Watch), Hyekyung Kim (Korea), Amara Singhe dan Mohan Uranga (GCAP, Srilanka), Hoang Phuong Thao (Vietnam), Van Ann-Tusu Van Csu dan Linh Dang Hoang (Vietnam). Dari Indonesia, Chris Wangkay, koordinator Bidang Kampanye "International NGO Forum in Indonesian Development" (Infid) termasuk yang dilarang masuk bersama rekannya sesama aktivis Infid Wahyu Susilo. Wangkay mengatakan, belum mendapat pemberitahuan resmi dari Pemerintah Singapura maupun perwakilan RI di sana mengenai pencekalan atas dirinya yang telah mendapat akreditasi dari IMF dan WB.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006