Anggaran yang cukup besar ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun kembali keraton dengan desain yang sesuai dengan bentuk aslinya
Tanjung Selor (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara mulai memugar bangunan Keraton Kesultanan Bulungan yang terletak di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan, ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang.

“Langkah monumental ini menandai dimulainya upaya untuk menghidupkan kembali kejayaan salah satu kerajaan tertua di Nusantara,” kata Zainal A Paliwang di Tanjung Selor, Rabu.

Peletakan batu pertama bangunan keraton Kesultanan Bulungan itu turut disaksikan Raja Muda I Kesultanan Bulungan H Dissan Hasanuddin Maulana Muhammad Djalaluddin, Raja Muda II Kesultanan Bulungan H Syukur M Si, Ketua Forum Silahturahim Keraton Nusantara (FSKN) IH Khairul Saleh Al Mu’thasim Billah, Sekjen FSKN Naniek Widayati Priyomarsono, serta unsur kecamatan Tanjung Palas.

Gubernur Kaltara mengatakan, Keraton Kesultanan Bulungan yang kini kondisinya seperti saat ini, menyimpan sejuta cerita tentang sejarah dan budaya Kaltara. Revitalisasi ini, diyakininya dapat menjadi pusat budaya dan pariwisata yang mampu menarik minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Proses revitalisasi ini diperkuat dengan hibah tanah seluas 8.000 meter persegi dari pewaris Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin. Hibah ini bentuk dukungan penuh terhadap upaya pelestarian cagar budaya.

Pemprov Kaltara pun telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk proyek ini. Dana tersebut berasal dari berbagai sumber, termasuk APBD, APBN, dan donasi.

“Anggaran yang cukup besar ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun kembali keraton dengan desain yang sesuai dengan bentuk aslinya,” kata gubernur.

Ia optimistis revitalisasi Keraton Bulungan menjadi ikon kebanggaan masyarakat. Juga sebagai sarana mempertahankan dan melestarikan cagar budaya Kesultanan Bulungan.

Selain dukungan pemerintah, keterlibatan masyarakat juga sangat penting dalam keberhasilan proyek ini.

Gubernur Zainal juga mengajak seluruh lapisan masyarakat turut serta dalam menjaga dan melestarikan cagar budaya itu. Kesultanan Bulungan berdiri pada sekitar abad ke-16 Masehi. Ketika itu Kesultanan Bulungan memiliki kekuasaan wilayah administratif meliputi Bulungan, Tana Tidung, Malinau, Nunukan, Tarakan, bahkan hingga Jawi (kini Sabah) Malaysia.

Pada masa awal berdiri, Kesultanan Bulungan dipimpin oleh Datuk Mencang. Pada masa itu Datuk Mencang menikah dengan seorang wanita Dayak bernama Asung Luwan. Lalu setelah itu Datuk Mencang mencoba membangun tata kemasyarakatan (pemerintahan).

Kedatangan Datuk Mencang ke Bulungan berawal dari tersesatnya ia saat melakukan pelayaran di lautan luas. Datuk Mencang tersesat dan tiba di perkampungan suku Dayak Kayan yang merupakan warga asli di lokasi tersebut. Datuk Mencang memimpin Kesultanan Bulungan sejak 1555 hingga 1594.

Kesultanan Bulungan diperkirakan baru mulai dikelola dengan sistematis pada abad 18 Masehi. Sebab kala itu pemimpin Kesultanan Bulungan telah menyandang predikat resmi yaitu Sultan seperti lazimnya di aturan kerajaan.

Saat itu tampuk kekuasaan Kesultanan Bulungan telah dipegang oleh Wira Amir yang berganti nama menjadi Aji Muhammad, sebab telah memeluk agama Islam tahun 1777. Pada sekitar tahun tersebut juga, Aji Muhammad digelari Sultan Amirul Mukminin.

Pewarta: Muh. Arfan
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024