Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman memproyeksikan dolar Amerika Serikat (AS) bakal menguat pada akhir tahun.

“Dalam pandangan Citi, ada kemungkinan dolar AS menguat lagi menjelang akhir tahun,” kata Helmi saat ditemui usai kegiatan Citi Indonesia Digital Leaders Summit 2024 di Jakarta, Rabu.

Potensi penguatan dolar AS berdampak terhadap rupiah. Dalam jangka pendek, dia menilai rupiah akan mengalami nilai tukar yang baik. Hal itu didorong oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Menurunnya FFR bakal mendorong aliran dana masuk (capital inflow) ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), sehingga berdampak baik terhadap suplai valuta asing (valas) di pasar domestik.

Namun, mempertimbangkan Pemilu di AS pada akhir tahun, di mana Citi memproyeksikan Donald Trump memiliki peluang yang kuat untuk menang, pihaknya menilai dolar AS akan mengalami penguatan pada periode itu.

“Ekspektasi bahwa Trump mungkin terpilih kembali, dalam pandangan Citi, itu dolar AS cenderung positif,” ujarnya.

Pada perdagangan Selasa (6/8), nilai tukar rupiah ditutup menguat 24 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.165 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.189 per dolar AS.

Analis ICDX Taufan Dimas Hareva mengatakan kinerja mata uang rupiah terdorong menguat imbas lemahnya kinerja mata uang dolar AS pasca munculnya kekhawatiran bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi.

Amerika Serikat kini menghadapi ancaman resesi yang semakin menguat, dengan kekhawatiran pasar mengenai potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (Fed) yang mungkin akan memperburuk kondisi ekonomi.

Sentimen pasar saat ini mencerminkan ketidakpastian mengenai apakah kebijakan Fed yang lebih longgar akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa memicu kondisi "hard landing" yang parah.

Hard landing merujuk pada penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi yang sering kali diikuti oleh resesi mendalam dan berkepanjangan, sebuah skenario yang saat ini menjadi kekhawatiran utama di kalangan pelaku pasar.

Sementara itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) optimistis nilai tukar rupiah bakal bergerak stabil dengan kecenderungan menguat ke depannya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, pekan lalu, mengatakan kecenderungan menguatnya rupiah ke depan sejalan dengan menariknya imbal hasil (yield), rendahnya inflasi yang berada pada level 2,13 persen pada Juli, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di samping itu, komitmen Bank Indonesia (BI) menstabilkan nilai tukar rupiah turut mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing.

Baca juga: Ekonom Citi nilai resesi AS berdampak positif bagi pelaku usaha RI
Baca juga: Citi Indonesia raih penghargaan Euromoney Awards for Excellence 2024
Baca juga: Celios paparkan berbagai dampak tekanan ekonomi AS terhadap Indonesia

 

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024