Makassar (ANTARA) - Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan National University of Singapore (NUS) Singapura, berkolaborasi menjadi pusat riset dan pengembangan warisan maritim di Asia Tenggara.
Peneliti dari Jusuf Kalla Research Center for Bugis-Makassar Cultural Studies (JK Center) UMI Prof Muhammad Hattah Fattah dalam keterangannya diterima di Makassar, Rabu, mengatakan telah bertemu dengan tim peneliti dan pustakawan NUS di Singapura dan Makassar dalam rangka merealisasikan agenda tersebut.
Ia menjelaskan, studi telah dilakukan sejak tahun 2023 dan terus dikembangkan pada tahun 2024 melalui realisasi lima proyek kerja sama. Kerja sama dan penerjemahan manuskrip hubungan sejarah Bugis-Makassar dan Singapura menjadi titik awal dalam penyelidikan pengembangan Warisan Maritim di Asia Tenggara.
Mengacu pada temuan manuskrip Daeng Paduppa terungkap sejumlah informasi dan fakta peran dan kontribusi orang Bugis-Makassar dalam perekonomian Singapura sekitar tahun 1814 – 1854.
Prof Hattah mengatakan, temuan penelitian akan dijadikan koleksi perpustakaan kedua universitas sebagai bagian penting dari rencana mewujudkan UMI dan NUS menjadi Pusat Pengembangan Warisan Maritim di Asia Tenggara.
Menurut dia, keberhasilan orang Bugis-Makassar menjangkau berbagai wilayah Nusantara termasuk menjelajahi Asia Tenggara tidak terpisahkan dari keberhasilan penguasaan orang Bugis-Makassar terhadap teknologi perbesian.
Baca juga: Tim Kelembagaan LLDikti-Kemenkes evaluasi lapangan Prodi Obstetri UMI
Hal ini mengacu pada temuan Bulbeck dan Caldwell (2000) yang menyebut Bumi Sulawesi sebagai daratan besi (land of iron).
Dalam mewujudkan sentra riset dan pengembangan Warisan Maritim kedua universitas akan merealisasi UMI dan NUS Maritime Heritage Corner pada masing-masing kampus.
Pengembangan UMI dan NUS Maritime Heritage didukung dengan pelaksanaan lima proyek kerja sama yakni pertama pembuatan Film Dokumenter Keris Bugis, kedua koleksi dan digitalisasi manuskrip sejarah maritim.
Ketiga penerjemahan manuskrip serta dua kegiatan riset dengan Skema Dana Padanan (Matching Grant) yakni Identifikasi dan Pelestarian Warisan Budaya Keris Bugis. Serta kelima sejarah maritim dan Interaksi Budaya Komunitas Pembuat Kapal Bugis.
Dengan memperluas cakupan koleksi Perpustakaan NUS dan UMI secara signifikan akan memperkaya repositori sumber primer tentang budaya dan sejarah maritim Bugis-Makassar. Perluasan ini secara langsung sejalan dengan tujuan strategis menjadi pusat terkemuka dalam studi warisan maritim Asia Tenggara.
Riset bersama pada tahun 2023 telah menghasilkan sejumlah temuan informasi dan fakta relasi orang Bugis-Makassar dengan masyarakat Singapore sekitar abad ke-19. Relasi diwujudkan dalam bentuk interaksi teknostruktur terutama melalui tatanan dan pranata sosial, budaya, dan ekonomi.
Penguasaan teknologi perbesian dan pembuatan kapal telah menghantarkan hubungan yang semakin intens antara orang Bugis-Makassar dan masyarakat Singapore. Hubungan tersebut menjadi bagian penting dari Warisan Sejarah Maritim Indonesia dan Singapore.
Berbagai bukti sejarah menunjukkan orang Wajo termasuk Lamadukelleng telah menjelajahi Singapore dan bertemu dengan saudara kandungnya serta membangun relasi dengan masyarakat Singapore sebelum bermigrasi ke Paser, Kalimantan Timur.
Pembuatan keris sebagai maha karya manusia Bugis-Makassar terakhir dilakukan di Singapore pada tahun 1985. Penguasaan teknologi perbesian menjadi salah satu elemen kunci pada perjalanan sejarah orang Bugis-Makassar. Keris selain sebagai senjata juga menjadi benda pusaka yang perlu dilestarikan.
Kekayaan Bumi Sulawesi akan besi dan nikel menjadikan Keris Bugis salah satu yang terbaik di Nusantara. Kalangan pemuda Singapore dan mahasiswa NUS memiliki atensi terhadap keris sebagai warisan Nusantara atau Asian Tenggara.
Ia mengatakan Film Dokumenter Keris diperlukan untuk tujuan pelestarian keris yang akan disimpan pada Maritime Heritage Corner di NUS dan UMI serta media pembelajaran khususnya bagi generasi muda.
Praktek pembuatan keris bagi mahasiswa, masyarakat, dan wisatawan akan ditempatkan di Kampung Glam, Singapore sekaligus menjadi objek wisata baru.
Keris Bugis yang menjadi salah satu identitas bagi orang Bugis-Makassar. Keris bukan sekedar senjata dan pusaka tetapi memiliki makna yang mendalam dari perspektif sejarah dan budaya yang sarat dengan makna dan filosofis bagi keberlanjutan kehidupan dan warisan budaya luhur.
Topik ini menjadi kajian penting dan dijadikan referensi memperkaya muatan rencana pembuatan film dokumenter. Hal lain yang urgen adalah semakin langkanya pengrajin (panre) Keris Bugis sehingga dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi pelestarian Warisan Budaya Keris Bugis.
Kompleksitas tantangan pelestarian Keris Bugis memerlukan solusi efektif dan terstruktur melalui kajian mendalam dan komprehensif oleh Tim Riset UMI dan NUS termasuk memanfaatkan peluang modernisasi dan dukungan digitalisasi dalam pelestarian dan pengembangan identitas dan warisan budaya Keris Bugis.
Pembuatan film dokumenter kolaborasi UMI dan NUS akan dilaksanakan mulai September 2024. Pada bulan September tersebut Delegasi NUS akan berkunjung ke UMI sebagai bagian dari implementasi kerjasama dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun 2024.
Dalam kunjungan tersebut direncanakan ditandatangani Nota Kesepakatan baru dan pembahasan kegiatan tahun 2025. Sebelum kedatangan Delegasi NUS diawali dengan pematangan rencana pelaksanaan dua topik penelitian yakni Warisan Budaya Keris Bugis serta Sejarah Maritim dan Interaksi Budaya Komunitas Pembuat Kapal Bugis.
Perahu Bugis tidak hanya sekedar moda transportasi atau perdagangan tetapi menjadi bagian integral dari identitas dan warisan budaya Bugis-Makassar serta bagian penting dari Sejarah Maritim Global. Luaran riset bersama diharapkan menjadikan UMI dan NUS sebagai sentra pengembangan Warisan Maritim di Asia Tenggara.
Implementasi kerjasama tahun ini akan disempurnakan melalui pertemuan pada bulan November 2024 di Kampus NUS. Luaran penelitian diantaranya akan dibuat dalam bentuk Book Chapter yang akan diterbitkan melalui NUS Press.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024