Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) Kusworo mengatakan bahwa untuk mendukung penerapan Sistem Keselamatan dan Darurat Penerbangan Global (GADSS) di Indonesia mengharuskan juga adanya modifikasi pada perangkat pesawat.
“Implementasi yang akan kita laksanakan ini akan berdampak pada negara dan industri di Indonesia, dan beberapa pesawat juga harus memerlukan modifikasi,” kata Kusworo dalam seminar daring Politeknik Penerbangan Indonesia Curug bertajuk “Masa Depan Keselamatan Penerbangan: Strategi Implementasi GADSS di Indonesia” yang diikuti dari Jakarta, Rabu.
GADSS adalah sebuah sistem global yang dirancang untuk meningkatkan keselamatan penerbangan umum dengan memberikan pelacakan yang lebih baik dan responsif terhadap pesawat yang mengalami keadaan darurat.
Baca juga: Basarnas RI simulasi kecelakaan pesawat di perairan Manokwari
Indonesia melalui Kementerian Perhubungan menargetkan sistem GADSS mulai diterapkan dan diberlakukan secara nasional pada Januari 2025.
“Berkaca dari tragedi penerbangan airline MH370 salah satunya, yang memiliki keterbatasan dalam sistem navigasi udara untuk mengidentifikasi waktu dan posisi pesawat saat kondisi emergency semua tidak ingin itu terulang kembali,” ujarnya.
Untuk itu, Basarnas menilai modifikasi seperti pembaruan perangkat pemancar darurat (Emercency Locator Transmitter/ELT GT), sistem komunikasi satelit dan sensor tambahan generasi kedua patut menjadi perhatian pelaku industri pesawat terbang dan sejenisnya.
Baca juga: Basarnas RI lakukan uji Lakops di tiga daerah tahun ini
Di sisi lain, kata dia, Kementerian Perhubungan juga sedang mempersiapkan regulasi yang dibutuhkan, dan untuk Basarnas sendiri memastikan kesiapan mulai dari infrastruktur Stasiun Satelit SAR/Meolut yang sudah ditingkatkan beserta sumber daya manusianya.
Hal tersebut sebagaimana standar operasional prosedur yang disesuaikan dalam GADSS demi meningkatkan peringatan dini pada pelayanan pencarian dan pertolongan dari lembaga keselamatan penerbangan internasional (ICAO).
Menurut dia, Stasiun Satelit SAR/Meolut tersebut mendukung kerja responsif SAR tim Basarnas yang mampu diimplementasikan di bawah 25 menit dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan akan lebih cepat bila pesawat sudah dilengkapi segenap pemancar generasi kedua.
Baca juga: Basarnas gelar rakor di Palu, optimalkan sinergi penyelamatan bencana
“Salah satu dari banyaknya alasan mengapa dunia penerbangan mempertahankan tingkat keselamatan yang tinggi adalah keinginan untuk belajar dari rentetan kejadian sebelumnya. Keselamatan tidak bisa dibandingkan dan digantikan dengan biaya berapapun,” kata dia.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024