Demak, 16 Maret 2014 (ANTARA) -- Budidaya Lele kini semakin diminati masyarakat, karena merupakan bisnis menguntungkan. Banyak keunggulan budidaya lele dibanding ikan air tawar lainnya. Di antaranya, lele lebih cepat besar dibandingkan ikan air tawar lainnya. Hanya dalam waktu 3 bulan, lele sudah dapat dipasarkan. Pasarnya tidak pernah sepi dan harganyapun stabil. Pertimbangan inilah yang menjadikan lele menjadi primadona masyarakat Jawa Tengah. Sedikitnya 3.300 pembudidaya lele yang bergabung dalam wadah koperasi kini menjadi penopang tumbuhnya perekonomian masyarakat Jawa Tengah. Dari budidaya kolam, tahun 2013 lalu provinsi Jawa Tengah menyumbang produksi ikan air tawar sebanyak 112 ribu ton.


Jawa Tengah memang dikenal sebagai penghasil lele terbesar kedua setelah Jawa Barat. Adapun sentra budidaya ikan lele di provinsi ini tersebar di beberapa kabupaten. Produksi ikan lele tertinggi di Jawa Tengah terletak di kabupaten Demak dan merupakan sentranya budidaya lele. Produksi lele dari Demak cukup besar yaitu sekitar 14.432 ton tahun 2013. Sentra budidaya lele lainnya terdapat di kabupaten Banyumas, Purbalingga, Sukoharjo dan Karang Anyar serta Boyolali. Budidaya lele di Jawa Tengah sebagian besar berasal dari budidaya kolam. Mulai tahun 2006 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan budidaya lele dengan berbagai teknik. Kini banyak berkembang budidaya lele di sawah model minapadi, dikaramba jaring apung serta kolam terpal. "Budidaya lele memang cukup menguntungkan. Apalagi, kini masyarakat mulai kreatif dengan pengasapan ikan lele seperti yang dilakukan masyarakat desa Wonosari Demak," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, pada saat panen ikan lele dan peninjauan ke lokasi pengasapan ikan lele di desa Wonosari Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Minggu (16/3).


Menurut Sharif, desa Wonosari kecamatan Bonang memiliki keunggulan dibidang budidaya karena menjadi sentra produksi dan pengolahan ikan lele yang dikenal dengan ikon "jambu lele". Bahkan melalui Ikon lele jambu atau bule, pembudidaya lele di Wonosari sudah menerapkan prinsip blue economy di wilayahnya. Dimana, limbah dari kolam lele yang ada di desa ini dimanfaatkan sebagai pupuk cair untuk menyirami tanaman buah jambu yang sengaja di tanam di dekat kolam lele. Hasilnya tanaman jambu berbuah cukup lebat. Hasil produksi buah jambu jenis Citra dan Delima yang terkenal manis desa Wonosari sekitar 150 ton/tahun. Sementara itu produksi lele sekitar 14.432 ton pada tahun 2013.


Prinsip blue economy kata Sharif, memang sangat tepat diterapkan di sentra produksi perikanan budidaya seperti di desa Wonosari. Konsep minapolitan dan industrialisasi juga telah dilakukan di Desa ini, di mana kegiatan produksi telah disinergikan dengan kegiatan pengolahan ikan dalam bentuk pengasapan pada kawasan budidaya air tawar yang cukup luas, sekitar 83 ha. Berdirinya pabrik pengasapan ikan yang menghasilkan kurang lebih 5 ton ikan asap per hari mendukung berjalannya konsep blue economy. Limbah budidaya lele dimanfaatkan untuk peningkatan produktivitas jambu sehingga para pembudidaya mendapatkan dua pendapatan sekaligus, yang berarti meningkatkan penghasilan para pembudidaya. Di samping itu pabrik pengasapan ikan akan meningkatkan nilai tambah produk ikan yang ada serta banyak menyerap tenaga kerja untuk membudidayakan lele dan jambu serta mengolah ikan asap. "Tenaga kerja yang di serap di sektor budidaya lele adalah 200 orang sedangkan untuk pengasapan ikan sebanyak 240 orang," tambahnya.



Bantuan Banjir


Sharif mengungkapkan, bencana banjir yang melanda wilayah Pantai Utara Jawa, beberapa waktu lalu menyisakan kerugian sangat besar. Data terakhir total kerugian mencapai Rp 587 milyar, untuk Jawa Tengah kerugian hingga Rp 85 milyar dari 10 kabupaten, termasuk Demak. Sedangkan luasan kawasan budidaya yang terkena dampak banjir tercatat 1.635 Ha. Bencana banjir di Pantura Jawa membawa dampak kerugian yang cukup besar terhadap kegiatan perikanan khususnya perikanan budidaya. Rusaknya infrastruktur seperti saluran irigasi, konstruksi tambak maupun jalan produksi di sentra produksi mengakibatkan terhentinya kegiatan pembudidaya untuk beberapa saat, karena tambak tidak bisa difungsikan. Banjir juga mengakibatkan gagal panen akibat hanyutnya biota peliharaan dari tambak. "Musibah banjir yang menimpa kawasan Pantura Jawa, termasuk Jawa Tengah akan mengganggu produksi ikan nasional. Apalagi selama ini Jawa Tengah dikenal sebagai sentra produksi budidaya khususnya udang, bandeng, lele dan nila, dengan kontribusi +5,5% dari total produksi ikan nasional," tegasnya.


Sementara itu, bencana banjir di kabupaten Demak mencapai luas 1.635 Ha, dengan kerugian hingga mencapai Rp 20 milyar. Adapun total jumlah pembudidaya ikan di Demak yang terkena dampak banjir sebanyak 3.319 petambak. Banjir di Demak juga merusak sentra produksi lele di desa Wonosari Kecamatan Bonang. "Bantuan modal kerja bagi korban banjir sangat membantu nelayan dan petambak keluar dari kesulitan. Apalagi, masa pemulihan pasca-bencana terutama pemulihan kemampuan ekonomi setelah sumber mata pencarianya terganggu banjir, sangat membutuhkan modal," ujar Sharif.


Untuk banjir Demak, KKP telah menyiapkan bantuan senilai Rp 7,1 milyar. Dengan kegiatan PUMP Perikanan Budidaya, Tugas Pembantuan Minapolitan Perikanan Budidaya, Mesin pelet, PUMP Perikanan Tangkap, Kartu Nelayan, PUGAR, PDPT, Pembangunan Hybrid engineering, Alat pemecah ombak serta Beasiswa dan paket Pendidikan dan penyuluhan, pembangunan sentra pengolahan dan peralatan sistem rantai dingin. "Termasuk Paket Bantuan Korban Banjir Demak dari DJPB senilai Rp 291 juta terdiri dari bantuan induk dan benih, dan rehabilitasi saluran melalui kegiatan pengelolaan irigasi tambak partisipatif," tambahnya.


Menurut Sharif, KKP telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dampak banjir dan cuaca buruk bagi nelayan. Pertama, upaya Tanggap Darurat, KKP bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Sosial, telah menyalurkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Di mana nelayan kecil yang tidak dapat melaut dikategorikan sebagai masyarakat yang terkena bencana sosial sehingga berhak mendapatkan pasokan CBP . Kedua, bekerjasama dengan BMKG melakukan upaya penanganan secara sistemik dengan menginformasikan kondisi cuaca dan keamanan pelayaran bagi nelayan. Upaya lainnya, menggalakkan program pengembangan diversifikasi usaha bagi nelayan dan pengembangan usaha ekonomi produktif bagi istri nelayan.



Contact Media :

Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi

Pelaksana Tugas

Anang Noegroho

Telp. (021) 3519070 ext. 7440

Fax. (021) 3519133



Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014