... Aceh adalah bagian dari negara ini sejak merdeka 1945... Sekarang bukan saatnya untuk menyerah. Saatnya buat ngebenerin... "

Jakarta (ANTARA News) - Lahir dan besar di Aceh membuat Tompi ingin berbagi sekelumit cerita tentang tanah kelahirannya.

Tentu Tompi berbicara dengan caranya, musik. Melalui lantunan lagu, Dr & The Professor mengajak pengunjung Galeri Indonesia Kaya menikmati musik provinsi yang berada di ujung Pulau Sumatera itu.

Ia mengenang di daerah asalnya, ada lagu yang selalu dimainkan di resepsi pernikahan. Sayang, katanya, lagu Si Judo Dua, ini hampir punah.

"Saya sendiri terakhir kali dengar saat SMP," kata pria bernama lengkap Teuku Adifitrian dari atas panggung, sore ini.

Diiringi Tjut Njak Deviana Daudsyah (piano), Fajar Adi Nugroho (bass), dan Wahyu Prastya (drum), Tompi pun membawakan lagu yang dalam bahasa Indonesia berarti "dua sejoli".

Mendengar musik Aceh, penonton cenderung ingat Bungong Jeumpa. Tompi memberi sedikit kisikan mereka sedang terlibat proyek dengan iringan orkestra Jerman untuk lagu tersebut. Ia dan Deviana terbang ke Jerman untuk menggarap proyek tersebut.

Lagu daerah Bungong Jeumpa akhirnya mereka bawakan dengan pendekatan samba dan salsa.

Lahir dan besar di Aceh, Tompi mengaku cara bernyanyinya sedikit banyak dipengaruhi dari tempatnya berasal. Budaha menurutnya bisa terdengar dari cara bernyanyi.

"Saya suka heran ada penyanyi yang suaranya kayak Stevie Wonder. Memang bapaknya Stevie Wonder?" canda dokter bedah itu.

Tompi tidak memungkiri daerahnya asalnya itu masih bergejolak secara politik. Sebagai putra daerah, ia berpendapat ini adalah pekerjaan rumah bagi mereka yang berdarah Aceh, maupun bangsa Indonesia.

Indonesia tidak boleh menyerah mempertahankan Aceh karena Aceh adalah bagian dari negara ini sejak merdeka 1945.

"Sekarang bukan saatnya untuk menyerah. Saatnya buat ngebenerin," kata Tompi.

Tak hanya membawakan lagu Aceh, Dr & The Professor juga membawakan lagu dari daerah lain. Kali ini mereka membawakan Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan, yang kebetulan juga daerah tempat orangtua Deviana berasal.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014