Kuta, Bali (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian mengupayakan adanya langkah pengendalian impor mesin-mesin industri mengingat tingginya impor pada 2013 lalu yang mencapai 34,227 miliar dolar AS, sementara ekspor hanya sebesar 5,561 miliar dolar AS.

"Kami masih belum masuk secara rinci bagaimana mendorong ekspor, saat ini kami masih berada dalam tahapan bagaimana mengendalikan impor, dan agar industri dalam negeri dapat mensubstitusi impor," kata Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian, Teddy C Sianturi, dalam Workshop Pendalaman Kebijakan Industri, di Kuta, Bali, pada akhir pekan ini.

Teddy mengatakan, namun dalam rencana utama untuk kedepannya, pemerintah menginginkan adanya ekspor untuk produk-produk tersebut meskipun saat ini industri dalam negeri sudah mampu untuk melakukan ekspor untuk beberapa produk dan nilainya masih rendah.

"Untuk saat ini sudah ada ekspor untuk komponen-komponen alat berat dan juga alat kesehatan seperti tensi meter, meskipun nilainya masih kecil," ujar Teddy.

Teddy menjelaskan, salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah dalam upaya untuk mengendalikan impor produk mesin tersebut antara lain adalah melalui penerapan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Selain itu juga, lanjut Teddy, dengan peningkatan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) seperti pada pengadaan barang dan jasa di kementerian atau lembaga.

Menurut Teddy, dalam industri permesinan di Indonesia terbagi dalam tujuh sektor diantaranya adalah industri mesin peralatan untuk konstruksi, mesin peralatan pabrik, industri peralatan energi termasuk migas, industri alat mesin pertanian, industri komponen, industri mesin peralatan berat dan industri alat kesehatan.

"Untuk alat kesehatan, termasuk dalam klasifikasi tinggi karena menyangkut manusia yang mengedepankan faktor keamanan yang terjamin, dan karena faktor tersebut nilai investasi masih rendah," ujar Teddy.

Sementara untuk industri mesin yang banyak di Indonesia, lanjut Teddy, sebagian masuk dalam industri dengan teknologi menengah dan konvensional.

Neraca perdagangan Indonesia untuk bidang permesinan dan alat pertanian 2014 diproyeksikan defisit sebesar 35,296 miliar dolar AS, dimana nilai ekspor 6,068 miliar dolar AS dan nilai impor 41,364 miliar dolar AS.

Sementara pada tahun 2013 lalu, defisit mencapai 28,66 miliar dolar AS dimana impor sebesar 34,227 miliar dolar AS, dan ekspor baru menyentuh 5,561 miliar dolar AS.

Tahun sebelumnya tercatat importasi sebesar 28,322 miliar dolar AS sementara eskpor 5,096 miliar dolar AS yang menyebabkan defisit sebesar 23,226 miliar dolar AS.

Proyeksi tersebut ini lebih tinggi dibanding realisasi defisit pada 2013 dan 2012 yang masing-masing tercatat 28,66 miliar dolar AS (ekspor 5,561 miliar dolar AS dan impor 34,227 miliar dolar AS) dan 23,226 miliar dolar AS (ekspor 5,096 miliar dolar AS dan impor 28,322 miliar dolar AS).

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah perusahaan industri permesinan dan alat mesin pertanian mencapai 185 perusahaan.

Perinciannya 44 perusahaan industri alat berat, 107 perusahaan industri mesin pertanian, tiga perusahaan mesin proses, lima perusahaan alat energi, 21 perusahaan alat kelistrikan dan lima perusahaan peralatan kesehatan.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014