Jakarta (ANTARA News) - Politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang menyarankan partainya berkoalisi dengan PDI Perjuangan menyusul partai berlambang banteng itu yang me sebagai capres.
"Pasti itu (yakin berkoalisi dengan PDI-P) karena Golkar tidak pernah menjadi oposisi. Golkar akan masuk dengan mengajukan (bakal) cawapres," kata Zainal.
Dia mengemukakan hal itu usai diskusi bertajuk "Fenomena dan Kesempatan Tokoh Muda di Parpol: Bagaimana Respons Publik di Pilpres 2014", di Jakarta, Minggu.
Zainal yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) menjelaskan pencapresan Jokowi menjadi masalah besar bagi Golkar karena dikhawatirkan hasil beberapa survei benar yaitu kemenangan PDI-P.
Hal itu, menurut dia, menyebabkan peluang Golkar dengan bakal capres-nya akan hilang karena elektabilitas Jokowi jauh di atas Aburizal Bakrie.
"Elektabilitas Jokowi sebesar 31 persen sedangkan Aburizal Bakrie 11 persen," ujarnya.
Dia mengatakan dengan kondisi itu, posisi Golkar yang menempatkan ARB sebagai bakal capres harus dikaji ulang.
Menurut dia, Golkar berpeluang mendapatkan wapres dengan perhitungan bahwa PDI-P mencari kandidat dari parpol yang memiliki kursi banyak di parlemen.
"Tiket yang diperoleh ARB sebagai (bakal) capres melalui Rapimnas 2012 otomatis harus diubah yaitu cawapres," katanya.
Namun, menurut dia, ketika nama-nama bakal cawapres muncul maka nama ARB tidak ada karena sudah diposisikan sebagai capres partai hasil Rapimnas.
Dia menyebutkan nama-nama bakal cawapres Golkar ketika berkoalisi dengan PDI-P adalah Akbar Tandjung, Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, dan Jusuf Kalla.
"Mereka akan bertarung memainkan suatu permainan dalam Golkar ketika Pileg sudah diputuskan pemenangnya adalah PDI-P karena harapan Golkar meraih capres hilang," tegasnya.
Selain itu dia menjelaskan apabila Golkar tetap bersikukuh mencapreskan ARB maka JK berpeluang menjadi cawapres PDI-P dalam Pilpres 2014.
Menurut dia apabila pasangan Jokowi-JK menang, maka Musyawarah Nasional Golkar akan direbut JK menjadi Ketua Umum Partai Golkar dan mengulangi sejarah di tahun 2004.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014