Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmud Abbas, akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni, di sela-sela pertemuan Sidang Umum PBB di New York pekan depan, kata pejabat senior Palestina kepada AFP Sabtu. Pertemuan, yang akan mengakhiri kekosongan lebih dari enam bulan dalam hubungan resmi antara Israel dan penguasa Palestina, akan dilanjuti pertemuan Abbas dengan Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice, hari Senin, kata pejabat tersebut. Kedua pemimpin akan berada di New York dan keduanya diharapkan berpidato di hadapan Sidang Umum PBB. Pemerintah Israel mengurangi hampir semua kontak dengan Palestina setelah gerakan Islam Hamas membentuk pemerintahan Maret lalu, menyusul kemenangan pemilu di parlemen Januari. Tetapi Livni, di samping Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, telah berulang kali menyatakan kesediaan mereka untuk bertemu dengan pemimpin moderat Palestina dalam pekan-pekan terakhir ini, dalam rangka menghidupkan kembali proses perdamaian yang mengalami kebuntuan. Abbas mengatakan 10 September lalu, bahwa dia bersedia untuk bertemu dengan Olmert tanpa syarat, sementara tekanan-tekanan kian memuncak agar kedua pemimpin mengadakan pembicaraan secepat mungkin. "Kami telah memberikan isyarat kesediaan kami untuk melanjutkan kembali perundingan-perundingan guna mengakhiri konflik dan mengakhiri siklus kekerasan," kata Abbas kepada para wartawan di Ramallah, menyusul pembicaraan dengan tamunya Perdana Menteri Inggeris, Tony Blair. "Saya bersikap bersedia sepenuhnya untuk bertemu dengan Perdana Menteri Ehud Olmert tanpa syarat dan kami bersedia untuk mulai mempersiapkan pertemuan demikian," ujarnya menambahkan. Sehari sebelumnya, Olmert mengatakan bahwa dia juga bersedia untuk bertemu dengan Abbas guna menghidupkan kembali proses perdamaian yang nyaris mati. Seperti halnya Olmert, Abbas -- juga dikenal luas sebagai Abu Mazen -- tidak mengumumkan tanggal bagi pertemuan mereka. Kedua pemimpin terakhir bertemu dalam pertemuan tak resmi di Jordania 22 Juni lalu. Tetapi, tiga hari kemudian, pejuang Palestina melancarkan serangan lintas-perbatasan dari Jalur Gaza yang menewaskan dua tentara Israel, dan menangkap orang ketiga, Kopral Gilad Shalit yang berumur 19 tahun. Penangkapannya memicu serangan besar-besaran militer Israel ke Kota Gaza, dengan tujuan membebaskannya dan juga membungkam para pejuang Palestina untuk melakukan penembakan roket-roketnya ke wilayah Israel. Kelompok bersenjata pemerintah Hamas adalah salah satu dari tiga kelompok Palestina yang menangkap Shalit. Satu suratkabar Palestina, Al-Ayyam, melaporkan Jum`at, bahwa Shalit telah berkirim surat kepada ayahnya melalui juru-runding berkebangsaan Mesir. Dia juga mengatakan, delegasi Hamas dari pengasingan melakukan perundingan melalui perantara Mesir mengenai pertukaran Shalit dengan pejuang-pejuang Palestina yang ditahan Israel. Serangan yang menyebabkan tertangkapnya prajurit itu memicu ofensif besar-besaran Israel yang membunuh lebih dari 200 warga Palestina, yang sebagian besar anak-anak dan warga sipil. (*)

Copyright © ANTARA 2006