Dimulai dengan nikel yang kita stop ekspor raw material-nya di tahun 2020 dan saat itu banyak yang menentang dari dalam negeri sendiri karena kita pada saat awal kehilangan kurang lebih 1,5 miliar dolar AS atau Rp20-an triliun,
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa rencana untuk membangun ekosistem besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di tanah air mulai terlihat nyata.
"Rencana yang sudah kita putuskan beberapa tahun yang lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik satu per satu mulai kelihatan nyata dan betul-betul sudah ada di negara kita Indonesia," kata Presiden dalam sambutannya saat peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu.
Presiden selanjutnya menjelaskan lebih detil upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membangun ekosistem EV tersebut.
"Dimulai dengan nikel yang kita stop ekspor raw material-nya di tahun 2020 dan saat itu banyak yang menentang dari dalam negeri sendiri karena kita pada saat awal kehilangan kurang lebih 1,5 miliar dolar AS atau Rp20-an triliun," ungkapnya.
Namun, ia meyakini nilai tambah ekspor akan semakin meningkat jika kita menyetop ekspor raw material.
"Tetapi saat itu saya meyakini bahwa nilai tambah kalau kita stop raw material ini akan melompat naik dan tadi seperti dikatakan oleh Pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah 34 miliar dolar AS nilai dari ekspor nikel kita," tuturnya.
Presiden pun mengakui banyak pro dan kontra akibat kebijakan tersebut, bahkan sampai digugat oleh Uni Eropa.
Kepala Negara menegaskan bahwa Indonesia adalah negara berdaulat yang tidak bisa didikte oleh siapapun.
"Banyak yang tidak setuju, pro dan kontra dan juga yang kedua kita juga digugat oleh Uni Eropa dan kita kalah, tetapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-segalanya buat kita tidak bisa kita didikte oleh siapapun. Saya sampaikan kepada menteri, maju terus digugat kalah, banding," tuturnya.
Berikutnya, kata Presiden, smelter nikel dan turunannya di Morowali (Sulawesi Tengah), Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai berjalan.
"Yang kedua di bulan Agustus ini dan September nanti smelter dari PT Freeport dan juga PT Amman di Sumbawa dan di Gresik juga sudah akan berproduksi. Yang ketiga, smelter bauksit yang ada di Mempawah, Kalimantan Barat saya kira bulan ini atau bulan depan maksimal juga sudah akan mulai percobaan produksinya," kata Presiden.
Dengan demikian, sebut dia, jika semuanya berjalan maka impian kita dalam membangun ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai terlihat.
"Sehingga kalau semuanya jadi sekali lagi ekosistemnya akan terbangun kita bisa akan masuk ke global supply chain yang itu akan memberikan nilai tambah yang besar, baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun terhadap pertumbuhan ekonomi kita," ujar Presiden.
Peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal itu juga diharapkan dalam memperkuat ekosistem EV di tanah air.
BTR telah merampungkan pabrik tahap pertama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dalam waktu 10 bulan dan saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia.
Nilai investasi tahap 1 itu sudah terealisasi sebesar 478 juta dolar AS dengan kapasitas produksi bahan anoda baterai 80 ribu ton per tahun.
Setelah tahap I dan II selesai, Indonesia diperkirakan juga akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160 ribu ton per tahun.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024