Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan "flat" (datar) hingga cenderung naik terbatas, sehubungan para pelaku pasar masih menunggu keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) yang akan melakukan pertemuan pada 20 September 2006. Analis Riset PT Valbury Asia Sekuritas, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA di Jakarta, Minggu, mengatakan pekan depan indeks masih berpeluang naik, namun kenaikannya terbatas, karena para investor menunggu keputusan the Fed atas suku bunganya. "Para investor kemungkinan akan melakukan transaksi secara hati-hati dan bersikap 'wait and see' menghadapi pertemuan bank sentaral AS," katanya. Dia juga mengungkapkan bahwa secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup tepat pada level "resistance" jangka pendek 1.465,7. "Jika IHSG berhasil tutup di 1.475, seterusnya akan bergerak ke level psikologis 1.500," harapnya. Saham-saham yang diprediksi dapat mengangkat indeks masih pada saham berkapital besar (bluechips) seperti Telkom (TLKM), kelompok Astra yakni Astra Internasional (ASII) dan Astra Agro Lestari (AALI), dan sektor perbankan, terutama bank-bank besar seperti Mandiri, BRI dan BCA. Sentimen lokal sendiri tidak ada hal negatif yang bisa menekan indeks. "Saat ini masih berjalan positif," tambahnya. Bahkan, lanjutnya, jika The Fed tidak menaikkan suku bunga, Bank Indonesia memiliki peluang yang lebih besar untuk menurunkan BI-rate. "Dengan turunnya BI-rate akan dapat lebih menggerakkan sektor riil yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia," ulasnya. Selama sepekan (11-15 September) pergerakan IHSG ditutup turun tipis 0,875 poin menjadi 1.465,701 dibanding penutupan pekan sebelumnya di 1.466,576, sedangkan Indeks LQ45 berada pada posisi 324,362 melemah 0,745 poin dari penutupan pekan sebelumnya 325,107. Rata-rata transaksi harian mencapai 1,011 miliar saham dan nilai Rp1,195 triliun. (*)
Copyright © ANTARA 2006