Tegucigalpa (ANTARA) - Aksi mogok besar-besaran berlangsung di Hondoras selama lebih dari 60 hari, dan berakhir dengan kemenangan karena sebagian besar tuntutan pekerja dipenuhi.

"Aksi mogok tahun 1954 merupakan kemerdekaan kedua kami setelah deklarasi kemerdekaan pada 1821," kata Andres Alvarez, seorang pensiunan masinis kereta Honduras berusia 87 tahun. "Sebelum itu, menyebut Honduras sebagai negara yang merdeka dan berdaulat adalah sebuah kebohongan," ujarnya. "Setelah aksi mogok tersebut, kondisi kerja dan tunjangan kami menjadi jauh lebih baik."

Mulai tahun 1975, Pemerintah Honduras membatalkan semua konsesi dan kontrak dengan perusahaan pisang Amerika, dan menasionalisasi beberapa tanah yang dikuasai Amerika Serikat (AS). Honduras juga mengambil alih dermaga dan jalur kereta yang dikuasai Amerika, sehingga memperoleh kendali atas produksi, transportasi, dan penjualan pisang. Langkah-langkah ini menandai dimulainya upaya Honduras untuk merebut kembali kedaulatannya dan membangun ekonomi nasionalnya.

"Perjuangan anti-imperialis rakyat kami bersejarah dan juga menyatu dengan gerakan buruh," kata mantan presiden Honduras, Manuel Zelaya, yang juga menjabat sebagai penasihat presiden. "Perjuangan itulah yang menjadi awal dari apa yang kami miliki saat ini di Honduras."

Namun, bagi rakyat Honduras, ketidakadilan belum berakhir.

"Orang Amerika menikmati hak istimewa di negara kami, sementara kami diperlakukan seperti anjing di Amerika Serikat. Itu adalah ketidakadilan yang mencolok," kata Juan Manuel Guerra, yang suaranya bergetar saat air mata mengalir di matanya. Sebelum dideportasi baru-baru ini oleh otoritas AS, warga Honduras berusia 57 tahun itu telah tinggal di AS selama lima tahun.

Selama tinggal di pusat penahanan imigrasi di AS, sebagian besar imigran mengalami perlakuan tidak manusiawi. "Saya merasa seperti diculik. Saya tinggal di sana selama 17 hari, dan keluarga saya tidak tahu apa-apa tentang situasi saya. Mereka (otoritas AS) tidak mengizinkan saya menelepon, dan saya benar-benar terputus dari dunia luar. Saya tidur di lantai setiap hari sampai saya dibebaskan," tutur Bernard (25), warga Honduras, yang tidak mau menyebutkan nama belakangnya.

"Kemiskinan, penyakit, kelemahan, eksploitasi ... Itulah yang ditinggalkan perusahaan-perusahaan AS. Sebaliknya, mereka telah mengambil kekayaan dari sini. Honduras adalah negara terkaya kelima di Amerika Latin dalam hal sumber daya, tetapi sekarang menjadi negara termiskin kedua di Amerika Latin," kata Elvir.

Pada 28 Juni 2009, kudeta militer terjadi di Honduras, yang memaksa presiden saat itu, Zelaya, mundur dari jabatannya. Selama hampir setengah tahun setelah itu, situasi politik di Honduras tetap bergejolak. Sejumlah laporan mengungkapkan bahwa AS terlibat dalam kudeta tersebut, yang kemudian mengakibatkan rakyat Honduras yang menentang harus menghadapi penindasan dan pengungsian. Kekerasan dan kemiskinan memaksa sebagian orang mencari perlindungan di AS.

Zelaya mengatakan bahwa banyak kudeta politik abad ke-20 di Amerika Latin dan Karibia terkait dengan kepentingan perusahaan-perusahaan multinasional Amerika.

"Saya pernah bertanya kepada seorang pejabat senior AS apakah Amerika Serikat memiliki buku panduan untuk memicu kudeta. Dia mengatakan kepada saya bahwa tidak hanya ada satu buku panduan, tetapi empat buku panduan untuk memicu kudeta, dan satu buku panduan saat ini sedang dipersiapkan," tutur Zelaya.

Pada akhir 2021, Xiomara Castro, istri Zelaya, terpilih sebagai presiden perempuan pertama dalam sejarah Honduras. Setelah menjabat, Castro mulai mengubah situasi politik oligarki yang didukung oleh kekuatan eksternal.

Meskipun mendapat tekanan terus-menerus dari AS, Pemerintah Honduras menunjukkan ketahanan dan secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan China pada Maret 2023. Dalam kunjungannya ke China tiga bulan kemudian, Castro mengatakan Honduras dengan tegas mendukung dan mematuhi prinsip Satu China, dan sangat yakin bahwa kerja sama yang bersahabat dengan China akan memberikan peluang pembangunan yang lebih banyak dan lebih baik bagi Honduras.

"Bekerja sama dengan China tidak hanya berkontribusi pada pembangunan ekonomi Honduras, tetapi juga mencerminkan kemandirian dan otonominya dalam tatanan internasional yang baru," papar Allan Fajardo, seorang akademisi dari Universitas Otonomi Nasional Honduras.

Castro bertekad akan memperkuat integrasi dan demokrasi regional, serta mengadvokasi pembangunan kawasan yang lebih adil, setara, dan sejahtera. Honduras secara aktif menentang campur tangan eksternal dalam krisis Haiti dan memediasi sengketa diplomatik antara Ekuador dan Meksiko.

Zelaya meyakini terpilihnya Castro sebagai presiden perempuan pertama Honduras dan keputusan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan China "berarti terciptanya sebuah era baru."

"Negara kami secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan Global South," kata Zelaya.

Sandra Deras, CEO Nana Banana Honduras, menyoroti transisi dari ladang pisang milik Amerika menjadi mayoritas bisnis yang dioperasikan Honduras di lebih dari 50.000 hektare perkebunan pisang di Honduras. "Kami adalah pemilik tanah ini, pemilik sumber daya penanaman pisang, dan kami selalu mengutamakan kepentingan rakyat Honduras," kata Deras.

Saat ini, sebagian besar pisang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut menyasar permintaan pasar domestik. Deras menekankan bahwa menanam satu hektare pisang dapat menyediakan kesempatan kerja bagi dua keluarga, dan sebagai negara berkembang, Honduras perlu menciptakan lebih banyak peluang kerja untuk mencegah imigrasi ke AS.

Saat ini, Honduras sedang mengejar peluang pembangunan baru dan status internasional melalui kerja sama dengan negara-negara berkembang, yang menandai langkah maju dari apa yang disebut "republik pisang" menuju negara yang lebih mandiri dan beragam, ujar Fajardo. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024