Rabat (ANTARA News) - Maroko mengumumkan Sabtu bahwa dubesnya untuk Vatikan akan dipanggil pulang untuk konsultasi, sehubungan dengan pernyataan menyakitkan Paus Benediktus XVI mengenai Islam. Sebelumnya pada hari Sabtu Kepala Gereja Katolik Roma itu telah menyampaikan penyesalan yang mendalam atas isi pidatonya di Jerman yang melukai perasaan Umat Islam, namun ia tidak menarik ucapannya tersebut, karena alasan ada salah tafsir terhadap isi pidatonya itu. Kementerian luar negeri Maroko mengatakan Dubes Ali Achour akan ditarik untuk konsultasi mulai Minggu, atas instruksi Raja Mohammed VI setelah "pernyataan ofensif mengenai Islam dan Muslim oleh Paus Benediktus XVI ketika berpidato di Universitas Regensburg, Jerman, 12 September lalu". Raja Maroko, yang mengajak hidup bertoleransi dalam agama Islam itu, Sabtu juga mengirim sebuah surat protes kepada Vatikan, menurut kantor berita resmi Maroko, MAP, tanpa menyebutkan hal lainnya lebih rinci. Maroko, yang gencar melawan ekstremisme setelah serangan teroris di Casablanca Mei 2003, merupakan negara Muslim pertama yang menarik Dubesnya dari Tahta Suci Vatikan. Keputusan Raja Maroko ini disambut baik oleh para tokoh politik di negara di Afrika Utara ini. Paus menyampaikan permohonan maaf atas isi pidatonya di Jerman beberapa waktu lalu itu, dimana ia secara implisit mencela hubungan antara Islam dan kekerasan, khususnya menyangkut Jihad. Pemimpin Gereja Katolik Roma tersebut mengatakan pidatonya dimaksudkan sebagai penolakan terhadap kekerasan yang bermotivasi agama oleh pihak mana pun. Sementara itu, AFP melaporkan dari Vatikan, Paus mengatakan Sabtu ia "secara tulus menyesal" kalau ia melukai perasaan Muslim. Menanggapi pernyataan penyesalan Paus tersebut, kelompok-kelompok Muslim di Mesir mengatakan Benediktus tampaknya belum cukup menyesal atas kesalahannya itu. "Ini bukan permohonan maaf. Sekretaris Vatikan tampaknya puas hanya mengkonfirmasikan bahwa Paus meminta maaf karena pernyataannya disalah-tafsirkan. Tapi dalam hal ini tidak ada salah tafsir," kata Abdel Moneim Abul Futuh, seorang pimpinan kelompok Persaudaraan Muslim. "Paus membuat kesalahan, ia harus akui itu dan meminta maaf," katanya. Di Yordania, Zaki bin Arshid, sekretaris jenderal Fron Aksi Islam, mengatakan komentar Benediktus XVI Sabtu merupakan "satu langkah menuju arah yang tepat, tapi itu tidak cukup." "Permintaan maaf harus diikuti dengan surat-surat yang jelas dan menenangkan," katanya. Ia berharap pernyataan Paus di pidatonya itu "bukan pandangan sebenarnya dari Paus atau Gereja Katolik Roma, karena kalau begitu situasinya akan sangat serius." Kelompok-kelompok Muslim di Inggris secara hati-hati menyambut baik permintaan maaf Paus tersebut, tapi beberapa diantaranya mengatakan pernyataan maaf itu terasa kurang. Mohamed Abdul Bari, sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris, menyebut pernyataan itu sebuah "langkah yang disambut baik" tapi Paus perlu menolak pendangan yang ia kutip itu guna memulihkan kembali hubungan antara Muslim dan Gereja Katolik Roma. "Kami merasa ini telah mengurangi kepercayaan pada Vatikan," katanya. Mohamed Umar, ketua Yayasan Ramadhan, sebuah organisasi pemuda, yang sebelumnya mengatakan bahwa Paus masuk dalam "perangkap orang-orang fanatik dan rasis". Namun, setelah pernyataan penyesalan Paus, ia mengatakan "Kami menyambut baik permintaan maafnya dan kami harap kini kita dapat bekerja bersama-sama dan membangun jembatan." "Membakar foto Paus tidak akan ada gunanya bagi kami maupun hubungan masyarakat mana pun," tambahnya, yang menolak aksi kekerasan dalam menyikapi masalah ini. Paus dalam pidatonya di universitas di Jerman itu antara lain mengutip Kaisar Bizantium abad ke-14 yang mengatakan bahwa inovasi yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad merupakan "iblis dan tidak manusiawi." Dalam pernyataannya Sabtu lalu, Paus menjelaskan bahwa dalam mengutip ucapan Kaisar tersebut bukan berarti ia "menjadikan pendapat itu miliknya." (*)
Copyright © ANTARA 2006