Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, menyatakan pihaknya terbuka terhadap pengawasan pengadaan 32 panser Vehicule I`Avant Blinde (VAB), yang akan dibeli pemerintah Indonesia untuk mendukung Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP) di Lebanon. Tentara Nasional Indonesia (TNI) mempersilakan siapapun yang ingin mengawasi proses pengadaan panser jenis angkut personel itu, termasuk mengenai harga, yang kini tengah dinegosiasikan antara Departemen Pertahanan (Dephan) dengan pihak Renault Trucks, katanya, di Jakarta, Minggu. "Masalah harga itu kan masih dinegosiasikan. Diawasi saja apakah pembelian itu merupakan korupsi atau `mark up`, silakan saja. Bagi kita tidak ada masalah," Djoko menekankan. Pada kesempatan itu, Panglima TNI juga menegaskan pengadaan panser VAB, sudah lama direncanakan untuk memenuhi kebutuhan Batalyon Kavaleri TNI Angkatan Darat (AD), bukan semata-mata karena akan digunakan mendukung OPP di Lebanon. Sebelumnya, TNI AD telah memiliki 14 unit VAB dan untuk melengkapi satu batalyon diperlukan pengadaan baru dari negara yang sama, yakni Prancis. "Jadi proses pengadaaannya sudah lama direncanakan, karena kalau hanya 14 unit kurang untuk kebutuhan satu batalyon," tuturnya. Pengadaan 32 unit panser VAB dari Prancis itu, tambah Djoko, searah dengan kebutuhan, program pengembangan kekuatan dan spesifikasi teknik (spektek) yang selama ini digunakan TNI. "Kalau kita membeli panser dengan jenis berbeda dan dari produsen yang berbeda pula, maka itu akan menyulitkan, karena teknisinya juga harus berbeda," katanya menambahkan. Jadi, ujar Panglima TNI, tidak semata untuk kebutuhan pasukan TNI di Lebanon, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan yang telah diprogramkan dalam Program Pengembangan Kekuatan (Probangkuat) TNI, khususnya TNI AD. Indonesia, pada 1997 telah membeli kendaraan tempur (ranpur) VAB 4x4 sebanyak 18 unit dari Giat Industries bekerja sama dengan Renault Truck Perancis melalui mekanisme Kredit Ekspor (KE) Tahun Anggaran (TA) 1996/1997. Namun, saat itu dengan harga lebih dari 700.000 euro itu, VAB yang dibeli itu belum dilengkapi dengan alat komunikasi, senjata dan Integrated Logistic Support (ILS). Sedangkan, VAB yang kini akan dibeli Indonesia dari perusahaan yang sama dengan harga relatif lebih kurang dari 700.000 Euro dan masih bisa dinegosiasikan, telah dilengkapi dengan senjata, ILS dan alat komunikasi. Selain itu, VAB tersebut merupakan kendaraan tempur yang sudah kerap dipakai PBB dalam setiap operasi perdamaian. Pemilihan VAB untuk mendukung OPP TNI di Lebanon, tambah Djoko Suyanto, selain disesuaikan dengan Probangkuat TNI, juga sesuai dengan "force requirement" yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bagi saetiap negara yang tergabung dalam OPP di Lebanon. (*)
Copyright © ANTARA 2006