Jakarta (ANTARA) - Dalam dua Olimpiade berturut-turut, Filipina mencatat prestasi besar dengan merebut medali emas yang lama mereka idam-idamkan.

Tapi berbeda dari tiga tahun lalu dalam Olimpiade Tokyo 2020, Filipina mendapatkan dua medali emas sekaligus dari cabang olahraga yang sama.

Adalah pesenam Carlos Yulo yang melakukan pencapaian besar dalam cabang yang di Asia dikuasai oleh China dan Jepang itu.

Rakyat Filipina sendiri, meminjam analisis The Philippine Star dalam editorialnya pada 5 Agustus, sudah sering dibuat bangga oleh Yulo.

Dialah yang membuat Filipina mendapatkan medali emas pada Kejuaraan Dunia 2019 dan 2021.

Pesenam berusia 24 tahun itu juga mempersembahkan dua medali emas setelah menjuarai nomor kuda lompat dan senam lantai.

Yulo mengikuti jejak atlet angkat besi Hidilyn Diaz, yang pada Olimpiade Tokyo 2020 memperoleh medali emas angkat besi kelas 55kg putri setelah membuat total Angkatan 224 kg yang merupakan rekor baru Olimpiade.

Diaz menjadi atlet Filipina pertama yang mempersembahkan medali emas sejak pertama kali Filipina mengikuti Olimpiade pada 1924.

Lifter Filipina Hidilyn Diaz berteriak setelah berhasil memenangkan medali emas angkat besi kelas 55kg putri Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, pada 26 Juli 2021. (REUTERS/EDGARD GARRIDO)

Diaz ternyata mengilhami rekan-rekan senegaranya untuk mengikuti jejak mendapatkan medali emas Olimpiade. Salah satunya, Carlos Yulo.

Baik Yulo maupun Diaz memiliki formula sama untuk menjadi olimpian yang sukses, yakni determinasi, disiplin dan latihan ketat.

Namun keduanya memiliki pengalaman berbeda dalam hal dukungan dari lingkungan, khususnya finansial dan teknis.

Diaz menghadapi kendala dana dalam mengembangkan karier sampai dipaksa mencari sponsor yang mau mendanai latihannya.

Dia korban dari pertarungan politik tak berujung yang membuat para pengambil kebijakan di Filipina tak memberikan perhatian lebih kepada atlet, termasuk angkat besi yang tak terlalu populer di sana, dan bahkan tinju yang sudah mendarah daging di negara kepulauan itu.

Keadaan ini memaksa Diaz berlatih di luar negeri.

Baca juga: Dua srikandi membuat Filipina dan Bermuda penuhi dahaga emas Olimpiade

Selanjutnya: Pahlawan olahragaPahlawan olahraga

Sebaliknya, sejak usia dini, Carlos Yulo mendapatkan dukungan federasi senam Filipina sebelum pindah ke Jepang pada 2016 dari tiket beasiswa Japan Olympic Association, sampai mendapatkan gelar sarjana sastra dari Universitas Teikyo pada 2022.

Rupanya, Jepang telah menempa dia begitu rupa. Selama periode tinggal di sana, dia berhasil dalam berbagai ajang senam, termasuk medali emas senam lantai dan kuda-kuda lompat pada kejuaraan dunia 2019 dan 2021.

Dia mendapatkan tiga emas dan satu perak dalam Kejuaraan Asia 2022, lalu tiga medali emas, satu perak dan satu perunggu pada Kejuaraan Asia 2023, dan akhirnya empat emas nomor semua alat, senam lantai, palang sejajar dan kuda-kuda lompat pada Kejuaraan Asia 2024.

Puncaknya, dia mendapatkan dua medali emas dari senam lantai dan kuda-kuda lompat Olimpiade Paris 2024. Dia pun menjadi atlet Asia Tenggara pertama yang mendapatkan dua medali emas dalam satu Olimpiade.

Atlet senam Filipina Carlos Edriel Yulo berpose dengan medali emasnya setelah upacara pemberian medali Olimpiade Paris 2024 di Bercy Arena, Paris, Sabtu (3/8/2024). ANTARA/AFP/Lionel BONAVENTURE.
Dia kemudian disanjung oleh semua orang di segala pelosok Filipina. Hadiah mengalir dari mana-mana, entah dalam bentuk uang, barang, maupun layanan.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menyebutnya "pahlawan olahraga", sedangkan ketua parlemen Ferdinand Martin Romualdez menyebutnya "harta karun bangsa".

Hadiah 6 juta peso (Rp1,6 miliar) dari pemerintah pun masuk kantong sang pesenam, ditambah bintang kehormatan, selain bonus resmi 10 juta peso (Rp2,7 miliar).

Perusahaan-perusahaan besar dan kecil di Filipina juga berlomba memberinya hadiah, sampai ada yang memberikan rumah tiga kamar lengkap furnitur seharga 32 juta peso (Rp8,9 miliar) di Manila.

Berbagai waralaba dan restoran menawarkan santapan dan jasa gratis seumur hidup kepada sang pesenam.

Tak mau ketinggalan, seorang fotografer pernikahan terkenal di Filipina menawarkan layanan gratis untuk atlet berusia 24 tahun ini jika menikah nanti.

Semua ikut berbahagia atas sukses yang dibuat Yulo, sehingga tak heran jika Yulo berkata, "Saya mendedikasikan emas ini untuk rakyat Filipina."

Sukses Yulo mirip kisah sukses Joseph Schooling yang menjadi satu-satunya atlet yang sejauh ini berhasil mempersembahkan emas Olimpiade kepada Singapura.

Dia juga satu-satunya atlet Asia Tenggara yang memenangkan medali emas renang Olimpiade, setelah merajai 50m gaya kupu-kupu putra.

Baca juga: Pesenam Carlos Yulo persembahkan medali emas kedua bagi Filipina

Selanjutnya: Tantangan seriusTantangan serius

Schooling juga menempa karir di luar negeri, walau dengan alasan yang berbeda dari Carlos Yulo.

Dia mengembangkan karir renang di Amerika Serikat yang memang inkubator sempurna untuk lahirnya perenang dunia, atas alasan ketiadaan lingkungan kompetitif renang di negaranya.

Sebaliknya, Yulo mengembangkan karir di luar negeri karena dukungan yang minim dari negara sendiri.

Tetapi dengan cara itu mereka berhasil menembus hal yang sebelumnya tak bisa ditembus.

Mereka juga menegaskan fakta bahwa kisah sukses seorang atlet sering menginspirasi atlet besar lainnya. Dan inilah yang terjadi pada Carlos Yulo.

Sukses emas Yulo sendiri menginspirasi rekan-rekannya yang masih berkompetisi dalam Olimpiade Paris 2024. Filipina masih mendapatkan peluang medali dari tinju putri dan angkat besi.

Pesenam Filipina Carlos Edriel Yulo merayakan keberhasilannya menyabet medali emas yang kali ini dia dapatkan dari nomor kuda lompat Olimpiade Paris 2024 di Bercy Arena, Paris, Prancis (4/8/2024). ANTARA/AFP/Loic Venance/aa.
Baca juga: Filipina negara Asia Tenggara pertama raih medali emas Olimpiade 2024

Tapi, sepertinya tinju putri menjadi peluang medali paling realistis, walau emas Olimpiade pertama mereka tiga tahun lalu disumbangkan angkat besi putri.

Dua petinju putri Filipina saat ini sedang berebut tiket final yang akan memastikan mereka mendapatkan minimal medali perak.

Mereka adalah Aira Villegas dalam semifinal kelas terbang, dan Nasty Petecio dalam semifinal kelas bulu.

Saat ini Filipina telah melampaui negara-negara Asia Tenggara lain termasuk Indonesia, dalam daftar perolehan medali. Ini pertama kalinya bisa mereka lakukan dalam ajang Olimpiade.

Tambahan satu medali emas bisa membuat Filipina menyamai pencapaian Thailand pada Olimpiade Athena 2004 yang mengumpulkan tiga medali emas.

Namun, lifter-lifter dan atlet-atlet panjat tebing andalan Indonesia membuat Merah Putih masih sangat berpeluang memupus Filipina sebagai yang terbaik di Asia Tenggara saat ini.

Yang pasti, Filipina, dengan formulanya sendiri, khususnya tekad besar atletnya untuk menjadi yang terbaik, telah memberikan tantangan serius kepada negara-negara seperti Indonesia.

Baca juga: Amerika Serikat rebut puncak klasemen Olimpiade Paris dari China

Copyright © ANTARA 2024