Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin mengatakan, tidak selayaknya seorang Paus yang seorang Pemimpin Tertinggi sebuah agama besar, mengeluarkan pernyataan yang bisa menyinggung perasaan umat agama lain. "Contohlah Paus yang dahulu, Paus Johannes Paulus II. Beliau santun dan mampu menjembatani agamanya dan agama-agama lain, dan mampu membangun harmonisasi antara peradaban yang berbeda," kata Ma`ruf berkaitan dengan pernyataan Paus Benediktus XVI tentang konsep jihad dalam Islam di Jakarta, Sabtu. Paus Benediktus XVI, dalam seminar yang digelar di Universitas Regensburg, Bavarian, Jerman, mengutip perkataan seorang penguasa Bizantium pada abad ke-14 bahwa "Nabi Muhammad telah merampas tanpa kemanusiaan. Seperti perintahnya menyebarkan agama yang ia serukan dengan pedang". Paus juga mengatakan, ajaran Kristiani selalu terikat dengan logika. Kaum Kristiani berbeda pandangan dengan orang-orang yang yakin dengan pola penyebaran agamanya dengan pedang. Saat ini yang dibutuhkan dunia, ujar Ma`ruf, Paus yang menghormati dan menghargai agama lainnya serta mendukung adanya dialog antar agama, bukan Paus yang bersikap sebaliknya seperti di masa perang salib pada abad-abad terdahulu. Menurut dia, Paus sudah selayaknya meminta maaf pada umat Islam dan berkomitmen tidak akan mengulangi pernyataan yang tidak kondusif bagi hubungan antar agama. Paus, ujarnya, sebaiknya menghindari pernyataan yang bisa menimbulkan sakit hati, kemarahan dan protes, serta pernyataan yang tidak benar tentang agama lain. Sementara itu Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sebelumnya di tempat terpisah sangat menyesalkan pernyataan Paus Benekditus XVI yang mengritik konsep jihad dalam Islam dan menyebut Islam disiarkan dengan pedang. Din mengatakan pernyataan itu menunjukkan ketidak-arifan dan pemahaman yang salah dari Paus tentang Islam. Seyogyanya seorang petinggi suatu kelompok umat beragama tidak menyerang doktrin agama lain. "Pernyataan Paus Benekditus itu sangat potensial mengganggu keharmonian yang relatif bagus antara umat Islam dan Umat Katholik," kata Din.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006