Mitratel telah menyediakan antena, sehingga menjadi efisien untuk dapat digunakan para operator seluler yang menyewa menara
Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membangun sebanyak 19 menara (tower) telekomunikasi dengan konsep desain kamuflase di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) 1A Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Direktur Bisnis Mitratel Agus Winarno mengatakan keberadaan menara tersebut menandakan bentuk dukungan perseroan terhadap pembangunan IKN.
Apalagi, ujar Agus, pemerintah hanya memberikan kepercayaan pembangunan infrastruktur di KIPP 1A kepada beberapa pihak saja.
“Hari ini kita hadir dengan 19 tower, terdiri dari 2 tower makro dan 17 tower mikro. Di posisi hari ini persiapan menuju tanggal 17 Agustus, rasanya sudah 99 persen. Tinggal 1 koneksi PLN yang hari ini masih kami usahakan, yang kalau hari ini sudah bisa on, 19 tower ini bisa hadir semua di tanggal 17 Agustus,” kata Agus saat media gathering di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Selasa.
Untuk menara yang baru dibangun di IKN itu, Mitratel telah menyediakan antena, sehingga menjadi efisien untuk dapat digunakan para operator seluler yang menyewa menara.
Selain itu, Mitratel juga sekaligus menyediakan fiber optic dan power-as-a-service sehingga operator tidak perlu menyiapkan kelengkapan itu secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, konsep penyewaan menara yang ditawarkan di IKN itu merupakan satu paket solusi yang diharapkan dapat lebih efisien dari sisi cost penyewa.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy menjelaskan, desain kamuflase untuk menara Mitratel di IKN selaras dengan tema yang diamanahkan oleh Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) yaitu berkaitan dengan aspek kehutanan dan lingkungan sekaligus mengedepankan sisi futuristik.
“Kami sempat mengajukan desain dalam bentuk pohon, ternyata malah dianggap kurang sesuai sehingga kami membuat desain yang kira-kira sesuai dengan tema lingkungan tetapi futuristik,” jelas dia.
Teddy memastikan bahwa biaya (cost) atau pengeluaran modal (capex) untuk membangun menara di IKN telah melewati perhitungan yang cermat. Dari sisi hitungan bisnis, kata dia, Mitratel tidak ragu berinvestasi di IKN mengingat saat ini sejumlah operator seluler telah menyepakati kontrak sebagai penyewa menara dalam beberapa tahun ke depan.
Adapun secara total, menurut catatan perseroan, terdapat 82 menara yang dibangun Mitratel di seluruh kawasan IKN sebagaimana amanah yang diberikan pemerintah melalui OIKN.
Dalam rangka mendukung keberlanjutan lingkungan, Mitratel mengganti kandungan besi dengan glass fiber reinforced polymer (GFRP) untuk pembangunan menara di Soekarno Hatta KM2 Balikpapan, Kalimantan Timur.
Meski glass fiber reinforced polymer tidak sekokoh besi, namun material ini dinilai lebih ramah lingkungan mengingat proses produksinya tidak menghasilkan karbon dibandingkan proses produksi besi secara konvensional yang harus melewati pembakaran.
“Ini belum kami gunakan sampai ketinggian tertentu. Ini (menara yang menggunakan glass fiber reinforced polymer) ketinggiannya masih pendek-pendek sekitar 15-20 meter. Tapi cukup menarik ini untuk isu lingkungan karena barangnya, secara fabrikasinya dicetak, sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Teddy.
Implementasi glass fiber reinforced polymer itu merupakan salah satu program yang turut mendongkrak skor ESG perseroan. Mitratel berhasil memperbaiki strateginya dalam mendukung isu keberlanjutan yang ditandai dengan peningkatan skor dari Sustainalytics.
Sebelumnya, Sustainalytics memberi skor 34,5 atau kategori high risk kepada Mitratel. Kini skornya meningkat menjadi 22,4 atau kategori medium risk. Dengan pencapaian tersebut, catat perseroan, Mitratel termasuk dalam daftar 30 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki skor ESG terbaik.
Baca juga: Mitratel targetkan adopsi teknologi HAPS siap secara komersial di 2026
Baca juga: Mitratel bidik pendapatan dan EBITDA tumbuh high single digit di 2024
Baca juga: Mitratel gandeng AALTO jajaki penyediaan konektivitas HAPS
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024