Teknologi THz memiliki ukuran ruang yang kecil, sehingga hal tersebut menjadikan gelombang THz relatif lebih aman dibandingkan dengan gelombang 4G
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Elektronika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yusuf Nur Wijayanto mengemukakan keunggulan dari implementasi gelombang Terahertz (THz) berpotensi diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.

Dalam sebuah gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, Yusuf memaparkan teknologi THz bisa menjawab permasalahan kebutuhan data internet yang kian meningkat dari tahun ke tahun.

"Pada 2024, diperkirakan kebutuhan data internet di seluruh dunia sekitar 47,2 exabyte/EB (47,2 juta TB), sedangkan pada 2028 diprakirakan 216 EB. Setidaknya dalam lima tahun terjadi peningkatan lima kali lipat akan kebutuhan internet. Kalau ini tidak diantisipasi maka bisa jadi komunikasi akan macet," kata Yusuf.

Yusuf mengatakan pemanfaatan gelombang THz yang beroperasi pada pita frekuensi terahertz yaitu antara 100 gigahertz (GHz) hingga 10.000 GHz itu bisa meningkatkan kapasitas data dan bandwidth, guna mengurangi hambatan yang kerap terjadi dalam pemanfaatan internet berteknologi kabel fiber maupun jaringan 4G yang saat ini umum digunakan.

Baca juga: BRIN perkuat pendidikan vokasi teknologi nuklir di Indonesia

Secara rinci, Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN Hana Arisesa menjelaskan kapasitas transfer data dengan teknologi THz mampu mencapai kecepatan 32 gigabit per detik (Gbps).

"Jika dibayangkan, kecepatannya itu bisa untuk mengirim film hollywood berdurasi 2 jam dengan kualitas 4K dalam 0,5 detik," ujarnya.

Tidak hanya dalam bidang internet, Hana juga memaparkan teknologi tersebut juga bisa diaplikasikan di berbagai bidang, seperti agroindustri yang bisa mendeteksi adanya tanaman yang tidak sehat, serta menyortir bahan yang tidak diinginkan dalam proses pengemasan.

Selain itu, sambungnya, teknologi THz memiliki ukuran ruang yang kecil, sehingga hal tersebut menjadikan gelombang THz relatif lebih aman dibandingkan dengan gelombang 4G. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pemanfaatan THz di bidang militer.

Dalam kerangka menuju Indonesia Emas 2045, papar Hana, teknologi THz juga baik untuk dikembangkan di dalam negeri. Ia menilai teknologi tersebut berpotensi untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi nasional.

"Kita harus jadi negara maju, tentunya inovasi itu harus menjadi concern dan dihubungkan dengan produktivitas ekonomi," ujarnya.

Oleh sebab itu, kata Hana, BRIN sebagai orkestrator riset nasional bekerja sama dengan unsur pentahelix, kini tengah berupaya dalam pengembangan teknologi THz di Indonesia, guna mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Peneliti BRIN sebut implementasi terahertz terbuka lebar di Indonesia
Baca juga: BRIN kembangkan teknologi LiDAR guna petakan bencana hidrometeorologi

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024