Jakarta (ANTARA) - Perwakilan Museum dan Cagar Budaya Zamrud Setya Negara mengatakan, penelitian provenans (mencari sumber dan sejarah kepemilikan karya seni atau temuan arkeologi) dapat menghubungkan objek-objek cagar budaya dengan komunitas sumbernya.

"Penelitian provenans tidak hanya membantu kita mengungkap asal-usul dan perjalanan objek bersejarah, tetapi juga memainkan peran kunci dalam upaya kita untuk mendekolonisasi praktik museum dan menghubungkan kembali objek-objek dengan komunitas sumber mereka," kata Zamrud pada Seminar Internasional Penelitian Provenans, Restitusi, dan Komunitas: Perspektif dari Indonesia dan Australia di Jakarta, Selasa.

Ia menyebutkan, saat ini Indonesia masih mengalami banyak tantangan penelitian provenans.

"Penelitian harus dilakukan dengan etika yang tinggi agar tidak memperpanjang dinamika kekuasaan yang tidak setara dan praktik kolonial yang telah merugikan komunitas asal objek-objek tersebut," ucapnya.

Untuk itu, menurut dia, Indonesia perlu mengintegrasikan nilai-nilai sosial, koneksi spiritual, pengetahuan tradisional dalam setiap langkah penelitian provenans.

"Kerja sama dan kolaborasi antara Indonesia dan Australia untuk penelitian itu penting demi mengembangkan pengetahuan bersama yang lebih inklusif dan beragam," ujar dia.

Ia menjelaskan, saat ini terdapat tiga pilar utama Indonesian Heritage Agency, pertama yakni reprogamming yang fokus pada pembaruan dan pengembangan program agar lebih relevan dengan perkembangan zaman, menciptakan inovasi baru yang menarik minat generasi muda, serta memastikan warisan budaya kita agar terus hidup dan berkembang.

"Kedua, redesigning, mendesain ulang cara kita merawat budaya, melakukan pendekatan modern dan interaktif untuk memberikan pengalaman lebih kaya dan mendalam pada setiap pengunjung," paparnya.

Ketiga, reinvigorating, yang menekankan pada revitalisasi, semangat, dan energi dalam pelestarian budaya untuk mendorong partisipasi aktif dari masyarakat termasuk seniman, budaya, dan komunitas untuk menjaga dan merawat warisan budaya kita.

"Ketiga hal tersebut memainkan peran kunci untuk peran museum dan menghubungkan kembali objek-objek dengan sumber aslinya," kata dia.

Ia mengemukakan, Kemendikbudristek telah membentuk komite repatriasi yang telah bekerja keras untuk meneliti objek-objek yang telah hilang dari tanah air

"Repatriasi kembalinya saksi bisu peradaban Nusantara adalah contoh konkret dari kerja keras tersebut," tuturnya.

Seminar internasional atas kolaborasi Australia dan Indonesia tersebut bertujuan untuk menekankan kembali pentingnya penelitian provenans dalam menjaga warisan budaya, utamanya dalam proses repatriasi (pengembalian benda cagar budaya dari negara jajahan, di mana fokus Kemendikbudristek saat ini adalah dari Belanda ke Indonesia) dan restitusi (pemulangan kembali benda-benda bersejarah dan warisan budaya).

Baca juga: Pemkot Sukabumi ajukan tiga bangunan masuk dalam cabar budaya

Baca juga: Kota Jambi koordinasi dengan BPK Wilayah  V revitalisasi cagar budaya

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024