Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi ini masih tidak sehat bagi kelompok sensitif dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
 
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.18 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-3 dengan angka 134 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 49 mikrogram per meter kubik.
 
Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
 
Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
 
Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
 
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
 
Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 170, urutan kedua Baghdad, Iraq di angka 153, urutan keempat Kampala, Uganda di angka 131, urutan kelima Cairo City, Mesir di angka 113, urutan keenam Nairobi, Kenya di angka 102.
 
Lalu urutan ke tujuh Riyadh, Arab Saudi di angka 97, urutan ke delapan Dubai, Uni Emirat Arab di angka 97 dan urutan ke sembilan Kuwait City, Kuwait di angka 93, urutan ke sepuluh Manama, Bahrain di angka 84.
 
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sebelumnya, mengklaim telah memperbanyak Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) untuk mengidentifikasi sumber polusi udara di Jakarta sehingga penanganan masalah tersebut bisa maksimal.
 
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan DLH DKI menambah dua mobil kabut air (watermist) sebagai salah satu upaya untuk menekan polusi udara di Jakarta.
 
Mobil tersebut beroperasi mengelilingi Jakarta untuk melanjutkan kegiatan penyiraman di jalan-jalan protokol.

Mobil ini memiliki kemampuan menyiram dengan jangkauan 50 meter dan kapasitas tanki air 5.000 liter.
 
Kebijakan terkait pengoperasian "watermist" ini akan dimasukkan dalam susunan rancangan peraturan gubernur agar lebih kuat secara regulasi.

"Ke depannya untuk kebijakan 'watermist' itu kami akan coba dikuatkan dengan peraturan gubernur," ujarnya.

Baca juga: Kualitas udara DKI pada Senin pagi tak sehat bagi kelompok sensitif
Baca juga: Kualitas udara Jakarta tidak sehat untuk yang sensitif pada Minggu

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024