Gedung LAM diharapkan jadi ikon baru di Tanjungpinang, selain sebagai penguatan identitas dan pelestarian budaya Melayu

Tanjungpinang (ANTARA) - Menteri Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi daya tarik wisata baru di Kota Tanjungpinang.

"Gedung LAM diharapkan jadi ikon baru di Tanjungpinang, selain sebagai penguatan identitas dan pelestarian budaya Melayu," kata Menparekraf Sandiaga Uno saat menghadiri peresmian gedung LAM Kepri di kawasan Gurindam 12, Tanjungpinang, Senin.

Sandiaga juga mengapresiasi rancangan Pemprov Kepri dalam membangun kawasan Gurindam 12, karena pembangunan gedung LAM bersebelahan dengan gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kepri yang juga baru diresmikan. Gedung dekranasda menjadi sentra pengembangan produk-produk UMKM dan ekonomi kreatif yang menjadi andalan daerah tersebut.

Selain itu, kata dia, Kemenparekraf bersama Pemprov Kepri pun merencanakan pembangunan balai pengelolaan ekonomi kreatif di kawasan yang sama.

Di samping itu, ke depan bakal ada lagi tambahan pembangunan gedung yang menjual produk-produk ekonomi kreatif moderen di taman Gurindam 12.

"Kita ingin memadukan produk ekonomi kreatif lokal dan moderen sebagai roda penggerak ekonomi, dan membuka lapangan pekerjaan baru," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Sandiaga juga mengajak seluruh pemangku kepentingan terus mendukung adat Melayu, sebagai salah satu destinasi wisata berbasis budaya.

Apalagi di Tanjungpinang terdapat objek wisata Pulau Penyengat yang sudah mendunia sekaligus menjadi asal-muasal lahirnya bahasa Indonesia.

"Dengan potensi budaya lokal yang ada, saya optimistis Kepri bakal menjadi provinsi terdepan dalam urusan pariwisata sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat," ucapnya.

Menparekraf RI Sandiaga Uno (dua dari kanan) menghadiri peresmian gedung LAM Kepri di kawasan Gurindam 12, Kota Tanjungpinang, Kepri, Senin (5/8/2024). (ANTARA/Ogen)

Sementara, Gubernur Ansar Ahmad menyampaikan pembangunan gedung LAM merupakan salah satu wujud nyata perhatian Pemprov Kepri terhadap pelestarian budaya Melayu dengan anggaran sebesar Rp35,19 miliar.

Proses pembangunan gedung ini memperhatikan filosofi dan khasanah budaya Melayu serta nama yang dilekatkan tidak terlepas dari lambang tuah kebesaran Pulau Penyengat agar turut memayungi balai adat ini.

Selain itu, katanya, balai adat ini dilengkapi pula bangunan pendukung yang bernama gerai astakona yang akan difungsikan sebagai gerai, di mana bentuknya diilhami dari bentuk bangunan nobat di halaman Istana Kerajaan Riau Lingga menjadi wadah pemberdayaan ekonomi lokal melalui produk khasanah Melayu.

Ansar turut menyampaikan sejak dahulu masyarakat dari berbagai daerah dan provinsi banyak yang melakukan aktivitas di Kepri dengan posisinya yang strategis. Kemudian dengan alasan perkawinan dan lainnya sebagian tinggal dan berdomisili di daerah perbatasan ini.

Hal ini pula menyebabkan Kepri menjadi provinsi yang heterogen, meski begitu hampir tidak pernah ditemukan konflik horizontal antaragama, suku, dan lainnya.

"Gedung LAM ini tidak hanya untuk suku Melayu, namun akan menjadi tempat berhimpun semua suku untuk duduk bersama berdiskusi melestarikan adat budaya ke depan," ujarnya.

Gubernur Ansar pun berpesan mesti Kepri memiliki suku dan budaya yang heterogen, namun masyarakat hendaknya tetap berpegang teguh pada ungkapan 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'.

"Mudah-mudahan gedung ini jadi kebanggaan dan catatan sejarah tersendiri masyarakat Kepri," demikian Ansar.

Baca juga: Menparekraf ajak promosikan pantun sebagai keunggulan dari Kepri
Baca juga: Kepri targetkan Festival Raja Ali Haji jadi agenda tahunan

Pewarta: Ogen
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024