Paris (ANTARA) - Carolina Marin, bintang bulu tangkis Spanyol yang tangguh, mengenakan pelindung lututnya dan melangkah kembali ke lapangan, dan memberikan isyarat kepada penantangnya, He Bingjiao, untuk melanjutkan pertandingan semifinal mereka.

Terlepas dari usahanya yang gigih, Marin harus jatuh berlutut di pinggir lapangan setelah beberapa kali reli, dan tidak dapat melanjutkan pertandingan.

Pada babak semifinal tunggal putri pada Minggu (4/8) di Porte de La Chapelle Arena, Marin, yang telah merebut set pertama dengan skor 21-14 dan memimpin 10-6 pada set kedua, menghadapi pukulan telak ketika dia terjatuh dan memperparah cedera lututnya. Cedera tersebut memaksa sang juara dunia tiga kali itu harus mengundurkan diri setelah kehilangan dua poin.

Ini bukanlah pengalaman pertama Marin merasakan kesedihan di Olimpiade. Peraih medali emas Olimpiade Rio itu terpaksa mundur dari Olimpiade Tokyo karena ligamen lututnya robek, sebuah keputusan menyakitkan yang diumumkan hanya dua bulan sebelum ajang tersebut.

Tidak gentar, Marin kembali ke performa terbaiknya, merebut dua gelar Badminton Open dan mencatatkan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya saat meraih gelar juara Eropanya yang ketujuh pada 2024.
 
   Dengan tekad dan kegigihannya, unggulan keempat asal Spanyol ini, yang telah menjalani dua kali operasi lutut, melakukan comeback gemilang di Olimpiade Paris. Dia melaju dari babak penyisihan grup, mengalahkan Beiwen Zhang dari Amerika Serikat dan Aya Ohori dari Jepang di babak knockout, menampilkan semangat pantang menyerah dan kualitas juaranya


Ketika ditanya apakah dia berkeinginan meniru rekan senegaranya, Pablo Abian, yang telah lima kali tampil di Olimpiade, Marin menjawab dengan tegas, "Tidak, (saya tidak ingin menjadi) seperti dia. Ketika saya mengikuti Olimpiade, saya tidak datang sekadar untuk bermain dan menang atau kalah dalam satu pertandingan. Jika saya pergi ke Olimpiade, itu karena saya ingin menang di sini."

Tekad Marin terlihat jelas saat dirinya berjalan meninggalkan lapangan dengan berlinang air mata, namun kepalanya tetap tegak, menolak untuk dipapah ke kursi roda setelah pengunduran dirinya.

Meskipun atlet veteran berusia 31 tahun itu tidak hadir di zona wawancara campuran, lawannya, He Bingjiao, juga menyampaikan kata-kata penyemangat dari Marin. "Dia mengatakan kepada saya untuk 'terus berusaha, terus berjuang'," kata He.

Seperti yang pernah diucapkan oleh sang juara Eropa itu ketika dia absen di Olimpiade Tokyo pada usia 27 tahun, "Ini adalah pukulan berat yang harus saya hadapi, namun saya yakin saya akan kembali."


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024