Gangguan itu sudah berhasil diselesaikan oleh TNI dan selagi gudang masih proses pembangunan, maka makanan dari gudang Sinak diangkut untuk didistribusikan ke masyarakat di Agandugume
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membangun gudang makanan di Sinak dan Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, untuk mengatasi ancaman kelaparan bagi masyarakat setempat yang dipicu oleh fenomena iklim embun upas.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Senin, mengatakan total anggaran yang digunakan untuk membangun dua gudang cadangan makanan tersebut senilai lebih dari Rp82miliar menggunakan Dana Siap Pakai (DSP) BNPB.

Ia mengatakan untuk gudang makanan di Kecamatan Sinak sudah selesai dan sudah berisi cadangan bahan makanan yang saat ini siap didistribusikan kepada masyarakat dibantu personel TNI Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih.

Namun, Abdul menyebutkan untuk gudang di Kecamatan Agandugume masih dalam proses pembangunan karena sulitnya akses dan sempat ada gangguan konflik horisontal dari kelompok tertentu hingga pasukan TNI harus turun ke lapangan melakukan pengamanan.

Baca juga: BNPB siapkan dana Rp70 miliar bangun gudang logistik di Papua

"Gangguan itu sudah berhasil diselesaikan oleh TNI dan selagi gudang masih proses pembangunan, maka makanan dari gudang Sinak diangkut untuk didistribusikan ke masyarakat di Agandugume," katanya dalam siaran daring bertajuk disaster briefing BNPB.

Ia menjelaskan fenomena iklim embun upas merupakan ancaman serius yang hampir setiap tahun mengakibatkan warga masyarakat Sinak - Agandugume kekurangan makanan hingga menjadi ancaman kelaparan.

​​​​​Embun upas merupakan fenomena munculnya embun dingin atau salju beku pada medio Juli, Agustus hingga awal September ​​​​​​yang membekukan permukaan lahan. Hal ini sama seperti yang terjadi di wilayah pegunungan Dieng, Jawa Tengah.

Namun masalahnya, menurut dia, embun upas ini signifikan berdampak bagi masyarakat Puncak Papua karena telah membekukan hingga merusak hasil bumi, seperti umbi-umbian dan sejenisnya sebagai sumber makanan yang mereka tanam dan disimpan di tanah.

Baca juga: Muhadjir laporkan pembangunan infrastruktur atasi kelaparan di Papua

Data sejarah yang dihimpun BNPB dampak cuaca iklim yang melanda di Papua itu berlangsung mulai dari tahun 1997, 1998, 2015, 2018, 2019 dan 2022.

BNPB melaporkan jalur penerbangan udara dibuka tahun 2023 dari Timika ke Sinak, namun tidak semua pesawat bisa mendarat di Agandugume dengan waktu 40 menit -1 jam penerbangan atau bisa lebih karena landasan udara yang ada di sana belum memadai. Distribusi makanan​​​​​​ hanya bisa dilakukan pesawat jenis Caravan dari Timika ke Sinak dilanjutkan perjalanan darat selama dua hari ke Agandugume. ​​​

Berkaca dari kondisi tersebut maka Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), BNPB, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Tengah, dan TNI, pada tahun 2023 berkomitmen kondisi kekurangan makanan tersebut tidak boleh terulang lagi tahun ini oleh masyarakat, dengan membangunkan gudang makanan.

Baca juga: Kementan-Bapanas diminta siapkan varietas umbi tahan cuaca ekstrem
Baca juga: Mayoritas distrik dua provinsi di Papua rawan kelangkaan pangan

 

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024