New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS berbalik naik terhadap euro pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi, tetapi melemah terhadap yen karena berlanjutnya kekhawatiran atas Ukraina.

Draghi mengatakan tingkat euro semakin relevan dalam penilaian stabilitas harga bank sentral, menandakan bahwa apresiasi euro mungkin meningkatkan risiko deflasi, lapor Xinhua.

Data ekonomi AS yang dirilis pada Kamis mengungguli ekspektasi pasar. Penjualan ritel dan jasa makanan di AS pada Februari berbalik naik atau "rebound" 0,3 persen, tetapi angka Januari direvisi lebih rendah menjadi penurunan 0,6 persen, Departemen Perdagangan melaporkan.

Sebuah laporan terpisah oleh Departemen Tenaga Kerja menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim awal untuk tunjangan pengangguran dalam pekan yang berakhir 8 Maret turun 9.000 menjadi 315.000, mengalahkan ekspektasi para analis.

Sementara itu, greenback terus jatuh terhadap yen karena berlanjutnya kekhawatiran atas Ukraina dan ekonomi China mendorong permintaan pasar untuk aset-aset "safe haven". Selain itu, yen telah menguat sejak bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), mempertahankan kebijakan moneter tidak berubah pada pekan lalu dan mempertahankan pandangannya bahwa laju inflasi tetap di jalurnya.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,3858 dolar dari 1,3903 dolar di sesi sebelumnya dan pound Inggris naik menjadi 1,6616 dolar dari 1,6612 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,9021 dolar dari 0,8986 dolar.

Dolar dibeli 101,66 yen Jepang, lebih rendah dari 102,69 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,8755 franc Swiss dari 0,8742 franc Swiss dan turun menjadi 1,1064 dolar Kanada dari 1,1120 dolar Kanada.



Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014