Dhaka (ANTARA) - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina meninggalkan negaranya pada Senin ketika para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran dirinya menyerbu kediaman resmi perdana menteri di ibu kota Dhaka.

Harian lokal Parthom Alo melaporkan PM Hasina bersama saudara perempuannya Sheikh Rehana berangkat ke Benggala Barat di India.

Putri pendiri Bangladesh yang berusia 76 tahun tersebut telah memerintah negara berpenduduk 170 juta jiwa itu sejak 2009.

Sementara itu, Panglima Militer Bangladesh, Waker-uz-Zaman, bertemu dengan para pemimpin dari partai politik dan akan menyampaikan pidato di hadapan rakyat.

Negara di Asia Selatan tersebut kembali dilanda protes yang menyerukan pemerintah untuk mundur. Protes yang disertai kekerasan pada bulan Juli itu menuntut penghapusan sistem kuota dalam pekerjaan pemerintah.

Mahasiswa pun telah menolak kemungkinan pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Asif Mahmud, koordinator utama demonstrasi yang sedang berlangsung, mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa mahasiswa tidak akan menerima pengambilalihan oleh militer.

Setidaknya 93 orang tewas dalam protes baru tersebut, berdasarkan sumber-sumber rumah sakit kepada Anadolu.

Protes yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa berencana untuk mengadakan long march ke Dhaka, tetapi pemerintah telah memberlakukan jam malam tanpa batas waktu.

Sebelumnya pada Minggu, Hasina mengancam akan menggunakan tindakan keras terhadap mereka yang melakukan terorisme atau menyebarkan anarki di negara tersebut.

Pada hari yang sama, pihak berwenang memulihkan sebagian internet saat ribuan pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota. Namun, internet seluler masih ditangguhkan.

Sumber : Anadolu
Baca juga: Puluhan ribu warga Bangladesh turun ke jalan desak PM Hasina mundur
Baca juga: Lebih 20 orang tewas dalam protes di Bangladesh, 42 masuk rumah sakit
Baca juga: Pimpinan mahasiswa dalam 'tahanan polisi' akhiri protes di Bangladesh


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024