Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 14,95 persen yoy

Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan penyaluran kredit tumbuh 12,36 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp7.478,4 triliun pada Juni 2024.

"Kinerja fungsi intermediasi perbankan terus melanjutkan tren peningkatan. Pada Juni 2024, secara month to month (mtm) kredit mengalami peningkatan sebesar Rp102,29 triliun, atau tumbuh sebesar 1,39 persen mtm," kata Dian dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulanan Juli 2024 di Jakarta, Senin.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,09 persen yoy. Sementara itu, secara nominal yang terbesar adalah kredit modal kerja sehingga menjadi sebesar Rp3.389,53 triliun.

"Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 14,95 persen yoy," ujar Dian.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif. Pada Juni 2024, DPK tercatat naik sebesar 0,27 persen mtm atau meningkat sebesar 8,45 persen yoy menjadi Rp8.722,03 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 13,48 persen yoy.

Likuiditas industri perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,33 persen dan 25,37 persen, atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan yang menurun menjadi sebesar 2,26 persen dan NPL net sebesar 0,78 persen.

Loan at risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,51 persen. Rasio LaR tersebut juga sudah semakin mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.

Adapun NPL gross UMKM pada Juni 2024 tercatat menurun menjadi 4,04 persen. Sejalan dengan penurunan LaR total kredit, LaR kredit UMKM juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 13,50 persen dari tahun sebelumnya sebesar 16,84 persen. Rasio LaR UMKM saat ini juga semakin mendekati level sebelum pandemi.

Secara umum, rerata tertimbang suku bunga DPK dalam tren meningkat sejalan dengan naiknya suku bunga acuan selama setahun terakhir.

Di sisi lain, pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat, dengan suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumtif (KK) menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya meskipun NIM menjadi turun.

NIM menurun secara yoy dari sebesar 4,8 persen pada Juni 2023 menjadi sebesar 4,57 persen pada Juni 2024. Meskipun demikian, tingkat profitabilitas bank (ROA) masih tetap tinggi sebesar 2,66 persen, yang menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil.

Ketahanan perbankan juga ditopang oleh permodalan (CAR) yang masih di level yang tinggi yaitu sebesar 26,18 persen dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

Untuk produk buy now pay later di perbankan, per Juni 2024 baki debet tumbuh stabil 47,42 persen yoy menjadi Rp17,72 triliun, dengan total jumlah rekening 17,48 juta.

Risiko kredit untuk pay later di perbankan turun ke level 2,50 persen, dibandingkan pada Mei 2024 sebesar 2,61 persen.

Baca juga: OJK sebut pemerintah sedang godok skema restrukturisasi KUR
Baca juga: OJK: Perpanjangan restrukturisasi kredit COVID-19 perlu sinkronisasi
Baca juga: OJK sebut kredit perbankan tumbuh 12,36 persen per Juni 2024

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024