Sejumlah warga dari sedikitnya lima tempat berbeda, termasuk Dhaka, mengatakan kepada koresponden Anadolu pada Senin bahwa tidak ada layanan internet.
"Penutupan total internet telah diperintahkan," harian nasional Prothom Alo melaporkan, mengutip perintah pemerintah.
Kendati demikian, tidak ada tanggapan langsung dari pemerintah terkait perintah penutupan internet tersebut.
Protes baru melanda seluruh negeri pada Minggu (4/8) yang menuntut pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk mundur. Setidaknya 93 orang tewas di seluruh negeri, kata sumber-sumber rumah sakit kepada Anadolu.
Demonstran yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa berencana untuk mengadakan pawai panjang ke Dhaka pada Senin tetapi pemerintah telah memberlakukan jam malam tanpa batas waktu untuk menggagalkan demonstrasi semacam itu.
Perdana Menteri Hasina pada Minggu mengancam akan menggunakan tindakan keras terhadap mereka yang melakukan terorisme atau menyebarkan anarki di negara tersebut.
Bangladesh telah menyaksikan gelombang demonstrasi besar-besaran sejak awal Juli. Para demonstran yang semula menuntut reformasi dalam pekerjaan publik kini menuntut pengunduran diri Hasina.
Selama tiga pekan terakhir, negara Asia Selatan berpenduduk sekitar 170 juta itu berada dalam kekacauan akibat gelombang protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi terhadap kuota pekerjaan pemerintah.
Kendati pemerintah akhirnya membuat perubahan pada sistem kuota, tanggapan kekerasan terhadap protes tersebut menewaskan setidaknya 200 orang. Sebagian besar adalah mahasiswa dan warga masyarakat.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Unjuk rasa di Bangladesh akibatkan lebih 70 tewas, termasuk 14 polisi
Baca juga: Lebih 20 orang tewas dalam protes di Bangladesh, 42 masuk rumah sakit
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024