lembaga jasa keuangan agar tetap mencermati faktor-faktor risiko
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan sektor jasa keuangan terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat di tengah ketidakpastian global.
"Rapat Dewan Komisioner (RDK) menilai bahwa sektor jasa keuangan terjaga stabil yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta normalisasi harga komoditas global," kata Mahendra di Jakarta, Senin.
Dalam konferensi pers Hasil RDK OJK Bulanan Juli 2024, Mahendra menuturkan kinerja perekonomian nasional masih cukup positif dan cenderung stabil dengan tingkat inflasi yang terjaga serta berlanjutnya surplus neraca perdagangan sekalipun perlu dicermati berlanjutnya tren penurunan harga komoditas yang telah memoderasi kinerja ekspor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,13 persen (year-on-year/yoy). Tingkat inflasi tahunan pada Juli 2024 adalah sebesar 2,13 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,88 pada Juli 2023 menjadi 106,09 pada Juli 2024.
Sedangkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 tercatat sebesar 2,39 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Mei 2024 sebesar 2,92 miliar dolar AS.
Sementara itu, perekonomian global secara umum terlihat melemah dengan inflasi termoderasi secara broad-based di tengah penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR) sebanyak dua atau tiga kali di sisa tahun 2024.
Mahendra mengatakan di Eropa, indikator kebijakan pada pertemuan Juni 2024 menunjukkan bahwa perekonomian terus melemah sehingga bank sentral Eropa menahan suku bunganya.
Begitu juga di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat didorong melemahnya permintaan domestik di sektor properti sehingga pemerintah dan bank sentral Tiongkok terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter.
Selain itu, tensi perang dagang dan tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden pada November 2024, serta perkembangan terkini di Timur Tengah dan Ukraina.
Di tengah kondisi pasar keuangan global yang bergerak mixed itu, OJK tetap mewaspadai faktor-faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi sektor jasa keuangan ke depan, yaitu down side risk dari pelemahan perekonomian Tiongkok, tensi geopolitik yang masih sangat dinamis serta fluktuasi harga komoditas ekspor utama.
"Oleh karena itu, lembaga jasa keuangan agar tetap mencermati faktor-faktor risiko tersebut secara berkala," ujar Mahendra.
Baca juga: OJK pacu inklusi keuangan melalui program Ekosistem Keuangan Inklusif
Baca juga: Puan ingatkan aturan baru pinjol utamakan perlindungan masyarakat
Baca juga: DPR kritisi OJK soal penyalahgunaan data pribadi di jasa keuangan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024