"Buku ini diterbitkan bertujuan untuk membagikan pengalaman hidup saya ke anak cucu dan generasi muda dengan ide memoar saya untuk dijadikan sebagai pegangan hidup," kata Basri dalam peluncuran dan bedah bukunya kepada wartawan di RM Paotere Makassar, Kamis.
Dalam buku pertama tersebut Basri Sidehabi bercerita tentang ihwal perjuanganya menjadi pilot tempur TNI AU dan pengalaman sebagai penerbangan pertama jet tempur F16 TNI AU yang diterbangkan dari Dallas Texas Amerika Serikat menuju Lanud Madiun, Indonesia hingga menjadi anggota DPR RI dalam proses Pergantian Antar Waktu.
Buku setebal 118 halaman dengan 19 Bab itu berjudul Dari Kursi Pesawat Tempur Ke Kursi Senayan yang ditulis salah satu editor bernama Rusman Mudjulekka juga menceritakan sejumlah perjalanan dirinya sejak kecil yang dibesarkan dalam adat suku bugis, bersekolah sambil berjualan.
Kemudian kisah cintanya, masuk sekolah penerbangan, pilot pertama, menjadi diplomat di Amerika Serikat, mengusir pesawat jet tempur Australia ke perbatasan, menjadi Gubernur AAU, bertugas mengatur arus penerbangan pasca Tsunami di Aceh hingga duduk menjadi anggota parlemen.
Sedangkan buku kedua Hilangkan Dikotomi Yang Diskriminatif yang ditulis tim penulis yakni Adi Sulhardi, M Yusran Darmawan dann Silvia Andriani berisi pemikiran Basri mengenai permasalahan bangsa ini yang berawal dari pemikiran dikotomi yang selalu berujung pada diskriminatif.
"Dalam buku ini ada lima sumber diskriminatif bangsa seperti dikotomi antara Islam dan non Islam, Jawa dan luar Jawa, militer dan sipil, pribumi dan non pribumi serta tua dan muda," sebut pria kelahiran Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulsel, 1 Januari 1951 itu.
Menurut Purnawirawan TNI AU berpangkat bintang tiga ini, pemikiran dikotomi tersebut harus dihilangkan di tengah masyarakat karena bila terus berlanjut maka akan melahirkan sikap diskriminatif pada bangsa Indonesia utama pemuda generasi bangsa.
"Sampai saat ini masih ada dikotomi dan diskriminatif temasuk prularisme, terkadang umur pun dikotomikan, temasuk Jawa dan luar Jawa, ada apa dengan kita, kenapa kalau bukan orang jawa yang memimpin. Saya optimisitis peluang itu masih ada untuk melakukan perubahan," tutur Caleg Golkar untuk DPR RI Dapil II Sulsel ini.
Pada kesempatan itu, hadir pula pembedah buka Dr Indra Bayu sebagai akademisi Unhas yang juga menantu dari Basri Sidehabi, serta Dr Hasrullah selaku pengamat politik dari Unhas. Hadir pula pengamat politik lainnya Dr Hidayat Nahwi Rasul dan undangan lainya.
Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014